
Analisis Teknikal
Manufaktur RI Lebih Baik, IHSG Sesi I Menguat 0,27%
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
03 January 2019 13:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat saat bursa-bursa utama Asia yang masih terkoreksi. Sentimen negatif datang dari data Purchasing Managers Index (PMI) kawasan Asia yang di bawah ekspektasi pasar.
Angka PMI China versi Caixin pada Desember 2018 tercatat 49,7, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,2. Angka di bawah 50 berarti pelaku usaha tengah pesimistis.
Kemudian dari Korea Selatan, PMI versi Nikkei/Markit pada periode yang sama tercatat 49,8. Turun dibandingkan November 2018 yang sebesar 49,9. Lagi-lagi ada aura pesimisme di kalangan dunia usaha Negeri Ginseng.
Sedangkan angka PMI versi Nikkei/Markit untuk Malaysia edisi Desember 2018 berada di 46,8. Tidak hanya menunjukkan pesimisme, tetapi angka itu menjadi catatan terendah sejak survei PMI dimulai pada 2012.
Sementara PMI Taiwan versi Nikkei pada Desember berada di 47,7, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 48,4. Angka ini menjadi yang terendah sejak September 2015.
Data PMI Indonesia versi Nikkei sendiri masih lebih baik jika dibandingkan negara kawasan Asia dengan berada di 51,2, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,4.
Sentimen positif tersebut membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,27% ke level 6.197. Nilai perdagangan masih cenderung sepi dengan membukukan Rp 3,3 triliun.
Indeks sektor konsumer menguat 0,62% karena inflasi tahunan yang masih terjaga di angka 3,13%. Secara bulanan inflasi naik 0,62%, hal ini menunjukkan geliat konsumsi masih terjadi di tengah pertumbuhan ekonomi yang cenderung turun.
Sementara sektor keuangan yang bobot nya terbesar di IHSG masih terkoreksi 0,46%. Penurunan tersebut tersebut seiring dengan melemahnya posisi rupiah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Hingga pukul 12:00 WIB, Rupiah terkoreksi 0,14% dengan berada di posisi Rp 14.465 per $AS.
Mampukah IHSG berbalik menguat sesi II? Tim Riset CNBC Indonesia mengupasnya dengan menggunakan analisis teknikal, dengan hasil sebagai berikut:
Secara pergerakan, IHSG pada perdagangan setengah hari pertama mampu menembus resistance di level 6.200, sebelum mengakhiri perdagangan di level 6.197.
Potensi terjadi penguatan lanjutan masih terbuka, menyusul terbentuknya pola bullish engulfing yang menggambarkan kecenderungan untuk menguat.
IHSG juga masih bergerak di atas garis rerata harganya selama lima hari (moving average/MA5). Hal ini menandakan IHSG belum memasuki fase penurunan dalam jangka pendek.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Video: Perang Masih Panas, Bisnis Packaging Kertas Bersiap Antisipasi
Angka PMI China versi Caixin pada Desember 2018 tercatat 49,7, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,2. Angka di bawah 50 berarti pelaku usaha tengah pesimistis.
Kemudian dari Korea Selatan, PMI versi Nikkei/Markit pada periode yang sama tercatat 49,8. Turun dibandingkan November 2018 yang sebesar 49,9. Lagi-lagi ada aura pesimisme di kalangan dunia usaha Negeri Ginseng.
Sementara PMI Taiwan versi Nikkei pada Desember berada di 47,7, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 48,4. Angka ini menjadi yang terendah sejak September 2015.
Data PMI Indonesia versi Nikkei sendiri masih lebih baik jika dibandingkan negara kawasan Asia dengan berada di 51,2, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,4.
Sentimen positif tersebut membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,27% ke level 6.197. Nilai perdagangan masih cenderung sepi dengan membukukan Rp 3,3 triliun.
Indeks sektor konsumer menguat 0,62% karena inflasi tahunan yang masih terjaga di angka 3,13%. Secara bulanan inflasi naik 0,62%, hal ini menunjukkan geliat konsumsi masih terjadi di tengah pertumbuhan ekonomi yang cenderung turun.
Sementara sektor keuangan yang bobot nya terbesar di IHSG masih terkoreksi 0,46%. Penurunan tersebut tersebut seiring dengan melemahnya posisi rupiah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Hingga pukul 12:00 WIB, Rupiah terkoreksi 0,14% dengan berada di posisi Rp 14.465 per $AS.
Mampukah IHSG berbalik menguat sesi II? Tim Riset CNBC Indonesia mengupasnya dengan menggunakan analisis teknikal, dengan hasil sebagai berikut:
![]() |
Secara pergerakan, IHSG pada perdagangan setengah hari pertama mampu menembus resistance di level 6.200, sebelum mengakhiri perdagangan di level 6.197.
Potensi terjadi penguatan lanjutan masih terbuka, menyusul terbentuknya pola bullish engulfing yang menggambarkan kecenderungan untuk menguat.
IHSG juga masih bergerak di atas garis rerata harganya selama lima hari (moving average/MA5). Hal ini menandakan IHSG belum memasuki fase penurunan dalam jangka pendek.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Video: Perang Masih Panas, Bisnis Packaging Kertas Bersiap Antisipasi
Most Popular