Darmin Puji BEI, Dorong Startup, hingga Sentil Auditor

Iswari Anggit, CNBC Indonesia
02 January 2019 12:52
Darmin menekankan kuatnya pasar modal Indonesia, dan bagaimana upaya agar mendorong pasar modal lebih pro pada perusahaan kecil dan menengah.
Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat pembukaan perdagangan BEI 2019 (CNBC Indonesia/Bernhart Farras)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, membuka perdagangan saham awal 2019 di Bursa Efek Indonesia, 2 Januari 2019. Kehadiran Darmin menggantikan Presiden Joko Widodo yang berhalangan hadir.

Dalam pidatonya, mantan Gubernur Bank Indonesia itu menekankan kuatnya pasar modal Indonesia, dan bagaimana upaya agar mendorong pasar modal lebih pro pada perusahaan kecil dan menengah, memaksimalkan pendalaman pasar dan menciptakan pasar modal yang berintegritas.

Pidato Darmin: Puji BEI, Dorong Startup, hingga Sentil AuditoFoto: Muhammad Sabki


Berikut pidato lengkapnya:

Pertama, kita bersyukur bahwa segera kita akan meresmikan pembukaan pasar modal kita untuk tahun 2019. Kedua, selamat tahun baru untuk semuanya, atas nama pemerintah, walaupun kita juga menghadapi situasi berkabung dengan apa yang dialami saudara kita di Banten dan Lampung.

Satu yang membanggakan, kita bisa melewati tahun 2018 dengan baik. Ekonomi kita jelas menunjukkan daya tahan terhadap gejolak di dunia internasional. Terlihat paralel dengan apa yang dialami pasar modal kita. Itu modal yang cukup baik buat kita untuk optimis. Kita melalui tahun 2018 dengan baik.

Pertama-tama kita harapkan tahun ini kita mencapai pertumbuhan yang lebih baik. Apa yang disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK tentang apa saja yang kita capai. Ini bisa dicapai dengan komitmen, kerja keras, dan dedikasi tinggi, khususnya saudara-saudara yang terlibat langsung di pasar modal.

Kita perlu mengambil langkah mendalam yang bisa memengaruhi kinerja pasar modal kita. Saya ingin sekali lagi menyampaikan bahwa kita patut bersyukur memulai tahun 2019, baik secara umum maupun khusus di pasar modal.

Kedua, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak bisa hadir untuk membuka perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Pada kesempatan ini, saya kembali mengucapkan selamat tahun baru. Mari kita awali tahun ini dengan penuh semangat dan optimisme, bahwa tahun ini akan lebih baik, insya Allah dari tahun 2018.

Di tengah ketidakpastian global, di tengah gejolak ekonomi global, baik karena normalisasi kebijakan moneter di AS, maupun negara maju lain, perang dagang, perubahan harga komoditas, kita masih bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang relatif baik.

Mungkin di ASEAN, untuk kuartal ketiga pertumbuhan ekonomi di bawah Filipina dan Thailand, tapi dengan Malaysia, pertumbuhan ekonomi kita lebih baik. Kita bisa mengendalikan inflasi secara bertahap dan jelas, inflasi di negeri kita tidak mengkhawatirkan lagi, walaupun masih ada kenaikan harga komoditas di awal tahun, lalu beras yang memengaruhi betul inflasi kita, pada awal tahun ini, tarif angkutan, dan ironinya harga telur ayam. Walaupun begitu, inflasi kita lebih rendah. Saya yakin, inflasi kita di bawah tahun lalu. Itu menunjukkan kita semakin berhasil kendalikan inflasi. Saatnya kita mulai menggeser target inflasi kita ke arah lebih rendah.

Kita juga berhasil mewujudkan hal-hal yang sifatnya lebih luas, menurunkan tingkat kemiskinan, menurunkan tingkat pengangguran. Itu semua adalah bagian penting dari pencapaian ekonomi dengan kualitas yang baik. Dengan demikian, kita punya modal untuk optimis bahwa tahun 2019 ini bisa kita capai kinerja yang lebih baik lagi.

Saudara-saudara sekalian, tahun 2018 memang bukan tahun yang mudah. Berbagai tantangan yang sudah kita lalui, baik dampak dari gejolak ekonomi global yang kita kenali sebagai defisit transaksi berjalan, kita juga masih terus menghadapi kejutan dari perang dagang.

Misalnya, kita agak lega ketika di Argentina [pertemuan KTT G-20], ada pertemuan yang memberikan harapan di antara para pemimpin perang dagang, tapi satu hari kemudian kita dikejutkan lagi, benar tidak perang dagang itu bisa mereda. Tapi kita mendengar baik Presiden AS Donald Trump maupun Pemimpin Tiongkok sudah melakukan langkah untuk mencapai kesepakatan, mudah-mudahan semua berjalan dengan baik.

Tantangan di 2018 harus dijawab secara sistematik dan berkesinambungan. Khusus di pasar modal, saya mengapresiasi OJK bersama SRO [self regulatory organization], dan seluruh pemangku kepentingan lainnya, yang telah bekerja cepat dan keras menghadapi tantangan, agar kondisi pasar modal tetap kondusif, sehingga pasar modal dapat membiayai dan mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus investasi.

Beberapa kebijakan yang telah diterbitkan secara garis besar, itu menyangkut suplai, dengan tidak mengesampingkan aspek pengelolaan atau governance dan penegakan hukum yang rendah (low enforcement).

Pertama, ada ekspektasi di pasar modal, sehingga perusahaan kecil dan menengah bisa memperoleh pendanaan dari pasar modal. OJK juga merilis kebijakan yang mendukung startup atau perusahaan rintisan, dengan mekanisme berbasis tax atau pajak dan ekuitas. Kebijakan tersebut tentu bisa bisa mengarahkan fintech (financial technology) kita ke arah yang lebih sehat. Juga bagi perusahaan-perusahaan melalui penerbitan obligasi yang mengedepankan aspek kelestarian lingkungan.

Sejauh ini, ada upaya sistematik dalam mendorong pembiayaan pasar saham. Bahkan terakhir, transaksi di bursa efek, telah berhasil diturunkan [dipersingkat] waktunya menjadi T+2, yang sebenarnya itu suatu langkah yang mendahului negara di dunia.

Selanjutnya, penting dalam menegakkkan integritas, itu adalah modal kita dalam menurunkan risiko di pasar modal. Integritas tidak bisa lahir dengan sendirinya. Integritas pasar modal itu first line-nya adalah tata kelola yang baik, second line-nya auditor dan akuntan, sementara third line-nya itu regulator, mereka itu menegakkan aturan main, penegakan aturan terhadap pelanggaran di pasar modal.

Kalau kita tidak bisa meningkatkan integritas pasar modal, apalagi di tengah tahun sulit, biasanya tahun sulit kasus semakin banyak, pasti pelanggaran juga semakin banyak. Itu akan diuji, apakah pasar modal kita integritasnya baik atau tidak. Kalau baik, pasar modal bukan hanya pelengkap pembiayaan, tapi suatu pilihan untuk membiayai usaha, di samping perbankan.

Selanjutnya, kita dari puluhan tahun yang lalu selalu mengucapkan pendalaman pasar, tapi tidak pernah cukup berhasil melakukannya. Memang kita sering sekali, misalnya saya ingat belum lama ini dengan Bank Indonesia di Bandung ada acara pembiayaan syariah. Saya coba yakinkan, bahwa barangkali kita terlalu banyak berpikir mengenai suplainya, padahal untuk memenuhi porsi pembiayaan syariah di atas 5% saja kita belasan tahun untuk mencapainya.

Artinya, masalah bukan dari sisi suplai, tapi dari sisi permintaan. Bagaimana meyakinkan mereka untuk investasi di pasar modal sehingga edukasi atau kampanye menjadi pilar yang sangat penting untuk meyakinkan masyarakat kita agar penyimpanan atau saving dilakukan di pasar keuangan. Kalau saving-nya untuk membeli tanah, memang bagus, tapi perputarannya sangat lama. Orang suka beli tanah, tahan selama 30 tahun baru dia jual. Memang harganya naik 100 kali lipat tapi 30 tahun. Kita butuh saving yang berputar di pasar keuangan.

Kita perlu upaya yang sistematik dan terus menerus untuk meyakinkan demand side-nya ini. Ini bukan hal yang mudah. Orang beli tanah bukan tanpa alasan, membeli tanah tidak bisa rugi, tapi membeli atau berinvestasi di surat berharga bisa rugi. Ini tentang integritas, efisiensi, dan pendalaman pasar. Dengan demikian, kita boleh berharap bahwa pasar modal masuk ke tahap yang bisa menghadirkan dinamika bagi perekonomian ke depan. Mewujudkan pasar modal yang berkualitas dan kompetitif, dapat ridho dari Allah SWT.

Demikian.
(tas/wed) Next Article Detik-detik Darmin Buka Perdagangan Saham 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular