Dihantui Perlambatan Ekonomi, Bursa Asia Menguat Terbatas

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 December 2018 17:44
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat terbatas pada perdagangan hari ini.
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat terbatas pada perdagangan hari ini: indeks Shanghai naik 0,44%, indeks Hang Seng naik 0,1%, indeks Strait Times naik 0,29%, dan indeks Kospi naik 0,62%.

Sentimen positif bagi bursa saham Benua Kuning datang seiring dengan adanya perkembangan positif terkait perang dagang AS-China. Tim perdagangan asal Negeri Paman Sam akan kembali bertolak ke Beijing untuk melakukan negosiasi dagang dengan China.

Mengutip Reuters, pertemuan AS-China kemungkinan terjadi pada Januari. Pertemuan ini sedang direncanakan kedua pihak melalui komunikasi yang intensif.

"AS memang sedang dalam periode liburan. Namun tim perdagangan AS dan China tetap menggelar komunikasi dan pertemuan masih terjadwal sesuai rencana. Kedua pihak berencana melakukan pertemuan pada Januari menindaklanjuti komunikasi yang intensif melalui telepon," kata Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China.

Namun sejatinya, damai dagang secara permanen kemungkinan akan sangat sulit untuk dicapai. Pasalnya, di sisi lain AS justru berusaha untuk memblokir akses dari 2 perusahaan pembuat perangkat telekomunikasi besar asal China, Huawei dan ZTE.

3 orang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Presiden AS Donald Trump berencana untuk menggunakan kebijakan eksekutif yang dimilikinya guna mendeklarasikan situasi darurat nasional, yang pada akhirnya akan melarang perusahaan-perusahaan asal AS untuk menggunakan perangkat telekomunikasi buatan Huawei dan ZTE, seperti dilansir dari CNBC International.

Kebijakan eksekutif yang sudah berada dalam proses perencanaan sejak lebih dari 8 bulan tersebut bisa diterbitkan secepatnya pada bulan Januari dan akan memberikan perintah kepada Kementerian Perdagangan untuk memblokir perusahaan-perusahaan AS dalam membeli peralatan dari perusahaan telekomunikasi asing yang membawa risiko signifikan bagi keamanan negara, kata sumber-sumber dari industri telekomunikasi dan pemerintahan AS.

Hal tersebut pada akhirnya membuat pelaku pasar bermain agak defensif, sehingga penguatan yang terjadi di bursa saham Asia menjadi tak besar.

Lebih lanjut, sentimen negatif yang menghantui jalannya perdagangan bursa saham Asia datang dari sinyal perlambatan ekonomi dunia yang kian nyata. Kemarin (27/12/2018), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS versi The Conference Board periode Desember diumumkan di level 128,1 turun 8,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan Ini merupakan yang terdalam sejak Juli 2015.

IKK periode Desember juga jauh di bawah konsensus yang sebesar 133,7, seperti dilansir dari Forex Factory.

Rilis data tersebut berpotensi memukul perekonomian AS dengan signifikan. Pasalnya, lebih dari 50% perekonomian AS dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Ketika optimisme konsumen memudar, konsumsi berpotensi berkurang dan menekan laju perekonomian Negeri Paman Sam.

Jika perekonomian AS tertekan, tentu perekonomian dunia akan ikut merasakan dampaknya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular