
Tak Mau Kalah Dengan Tetangga, Rupiah Pukul Mundur Dolar AS
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 December 2018 08:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah berhasil memukul mundur dolar AS pada perdagangan hari ini. Dibuka flat di pasar spot di level Rp 14.555/dolar AS, rupiah sudah membukukan penguatan sebesar 0,14% pada pukul 8:25 WIB ke level Rp 14.535/dolar AS.
Rupiah tak mau kalah dengan mayoritas mata uang negara-negara tetangga yang juga membukukan apresiasi melawan dolar AS.
Investor beramai-ramai melego dolar AS seiring dengan rilis data ekonomi yang mengecewakan. Kemarin (27/12/2018), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS versi The Conference Board periode Desember diumumkan di level 128,1 turun 8,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan Ini merupakan yang terdalam sejak Juli 2015.
IKK periode Desember juga jauh di bawah konsensus yang sebesar 133,7, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data tersebut berpotensi memukul perekonomian AS dengan signifikan. Pasalnya, lebih dari 50% perekonomian AS dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Ketika optimisme konsumen memudar, konsumsi berpotensi berkurang dan menekan laju perekonomian Negeri Paman Sam.
Pada akhirnya, terdapat keraguan bahwa The Federal Reserve masih akan mengeksekusi rencanannya untuk mengerek suku bunga acuan sebanyak 2 kali pada tahun depan.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 27 Desember 2018, terdapat 61,1% kemungkinan bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan sama sekali pada tahun depan, naik dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 55,6%.
[Gambas:Video CNBC] Kemarin, rupiah ditutup menguat tipis 0,03% melawan dolar AS, setelah cenderung diperdagangkan melemah sepanjang hari. Kenaikan harga minyak mentah dunia menjadi biang kerok pelemahan rupiah kemarin.
Pada hari ini, harga minyak mentah ternyata masih perkasa. Hingga berita ini diturunkan, harga minyak WTI kontrak pengiriman Februari 2019 melejit 3,3% ke level US$ 46,08/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman Februari 2019 menguat 2,99% ke level US$ 53,72/barel.
Melesatnya harga minyak mentah tentu menjadi kabar buruk bagi rupiah, lantaran bisa memperparah defisit perdagangan minyak dan gas (migas) yang pada akhirnya akan membuat defisit neraca berjalan (Current Account Deficit/CAD) kian lebar.
Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014, seiring dengan besarnya defisit perdagangan migas.
Jika penguatan harga minyak mentah terus bertahan atau bahkan bertambah lebar, bukan tak mungkin rupiah akan dipukul mundur dan berakhir di zona depresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Rupiah tak mau kalah dengan mayoritas mata uang negara-negara tetangga yang juga membukukan apresiasi melawan dolar AS.
IKK periode Desember juga jauh di bawah konsensus yang sebesar 133,7, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data tersebut berpotensi memukul perekonomian AS dengan signifikan. Pasalnya, lebih dari 50% perekonomian AS dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Ketika optimisme konsumen memudar, konsumsi berpotensi berkurang dan menekan laju perekonomian Negeri Paman Sam.
Pada akhirnya, terdapat keraguan bahwa The Federal Reserve masih akan mengeksekusi rencanannya untuk mengerek suku bunga acuan sebanyak 2 kali pada tahun depan.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 27 Desember 2018, terdapat 61,1% kemungkinan bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan sama sekali pada tahun depan, naik dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 55,6%.
[Gambas:Video CNBC] Kemarin, rupiah ditutup menguat tipis 0,03% melawan dolar AS, setelah cenderung diperdagangkan melemah sepanjang hari. Kenaikan harga minyak mentah dunia menjadi biang kerok pelemahan rupiah kemarin.
Pada hari ini, harga minyak mentah ternyata masih perkasa. Hingga berita ini diturunkan, harga minyak WTI kontrak pengiriman Februari 2019 melejit 3,3% ke level US$ 46,08/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman Februari 2019 menguat 2,99% ke level US$ 53,72/barel.
Melesatnya harga minyak mentah tentu menjadi kabar buruk bagi rupiah, lantaran bisa memperparah defisit perdagangan minyak dan gas (migas) yang pada akhirnya akan membuat defisit neraca berjalan (Current Account Deficit/CAD) kian lebar.
Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014, seiring dengan besarnya defisit perdagangan migas.
Jika penguatan harga minyak mentah terus bertahan atau bahkan bertambah lebar, bukan tak mungkin rupiah akan dipukul mundur dan berakhir di zona depresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular