
Selepas Libur Natal, Rupiah Langsung Melemah ke Rp 14.600/US$
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 December 2018 09:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan jual langsung menerpa rupiah pada perdagangan pertama selepas libur Natal. Pada pukul 8:47 WIB, rupiah melemah 0,34% ke level Rp 14.600/dolar AS.
Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang relatif perkasa, ditunjukkan oleh dolar indeks yang menguat sebesar 0,1%. Investor cenderung bermain aman dengan memegang dolar AS selaku safe haven, seiring dengan ketidakpastian di Negeri Paman Sam yang masih tinggi.
Hingga hari ini, pemerintahan AS masih ditutup (government shutdown). Shutdown kali ini menanadai yang ketiga selama Trump menjabat sebagai presiden AS. Kali ini, masalah anggaran untuk pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko menjadi penyebab pemerintahan AS harus tutup sementara.
Lebih lanjut, rilis data ekonomi di AS yang terbilang buruk semakin membuat pelaku pasar khawatir bahwa resesi akan menghampiri negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut.
Pada hari Jumat (21/12/2018), pembacaan final untuk angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2018 diumumkan sebesar 3,4% (QoQ annualized), di bawah pembacaan sebelumnya dan konsensus yang sebesar 3,5%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti periode November diumumkan terkontraksi sebesar 0,3% MoM, di bawah ekspektasi yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,3% MoM.
Lebih lanjut, pendapatan masyarakat AS tercatat hanya tumbuh sebesar 0,2% MoM sepanjang bulan November, di bawah ekspektasi yang sebesar 0,3% MoM.
Kuatnya dorongan untuk mengoleksi safe haven lantas membuat sentimen positif yang datang dari turunnya harga minyak mentah dunia tak mampu berbicara banyak.
Hingga berita ini diturunkan, harga minyak WTI kontrak acuan melemah 0,26% ke level US$ 43,13/barel, sementara minyak brent anjlok 1,11% ke level US$ 50,39/barel.
Seharusnya, penurunan harga minyak mentah memberikan suntikan energi bagi rupiah untuk menguat seiring dengan tekanan terhadap defisit neraca berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang bisa diredam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang relatif perkasa, ditunjukkan oleh dolar indeks yang menguat sebesar 0,1%. Investor cenderung bermain aman dengan memegang dolar AS selaku safe haven, seiring dengan ketidakpastian di Negeri Paman Sam yang masih tinggi.
Hingga hari ini, pemerintahan AS masih ditutup (government shutdown). Shutdown kali ini menanadai yang ketiga selama Trump menjabat sebagai presiden AS. Kali ini, masalah anggaran untuk pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko menjadi penyebab pemerintahan AS harus tutup sementara.
Pada hari Jumat (21/12/2018), pembacaan final untuk angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2018 diumumkan sebesar 3,4% (QoQ annualized), di bawah pembacaan sebelumnya dan konsensus yang sebesar 3,5%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti periode November diumumkan terkontraksi sebesar 0,3% MoM, di bawah ekspektasi yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,3% MoM.
Lebih lanjut, pendapatan masyarakat AS tercatat hanya tumbuh sebesar 0,2% MoM sepanjang bulan November, di bawah ekspektasi yang sebesar 0,3% MoM.
Kuatnya dorongan untuk mengoleksi safe haven lantas membuat sentimen positif yang datang dari turunnya harga minyak mentah dunia tak mampu berbicara banyak.
Hingga berita ini diturunkan, harga minyak WTI kontrak acuan melemah 0,26% ke level US$ 43,13/barel, sementara minyak brent anjlok 1,11% ke level US$ 50,39/barel.
Seharusnya, penurunan harga minyak mentah memberikan suntikan energi bagi rupiah untuk menguat seiring dengan tekanan terhadap defisit neraca berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang bisa diredam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular