Analisis Teknikal

Bangkit dari Keterpurukan, Bagaimana Nasib IHSG Sesi II

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
19 December 2018 13:05
Investor lokal nampak mendominasi jalannya perdagangan dengan membeli saham-saham pada sektor konsumer, industri dasar dan keuangan.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah dalam tiga hari perdagangan berturut-turut mengalami koreksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai menguat setelah investor melakukan akumulasi beli. IHSG untuk sementara waktu mengalami penguatan 1,02% dengan berada di level 6.144.

Investor lokal nampak mendominasi jalannya perdagangan dengan membeli saham-saham pada sektor konsumer, industri dasar dan keuangan.

Sektor keuangan nampak diburu karena penurunan yang terjadi pada harga minyak. Harga minyak mentah jenis Brent semalam terkoreksi lebih dari 4% ke level US$57,20 per barel. Akibatnya rupiah siang ini menguat 0,76% ke level Rp 14.385 per US$.

Tidak hanya sektor keuangan yang diuntungkan, pelaku pasar juga memburu saham sektor industri dasar. Harga saham industri poultry nampak menguat karena biaya pakan ternak akan semakin menurun seiring dengan penguatan rupiah.

Meskipun demikian, sebagian investor nampak wait and see menanti kebijakan suku bunga yang akan diumumkan pagi dini hari nanti.

Hal ini terlihat dari volume perdagangan yang hanya Rp 3,7 triliun, jauh lebih kecil jika dibandingkan perdagangan kemarin yang mencapai Rp 5,15 triliun.

Sementara itu investor asing masih melakukan penjualan dengan mencatatkan penjualan bersih Rp 202 miliar.

Lalu, kemana arah IHSG sesi dua akan bergerak? Tim Riset CNBC Indonesia menganalisis arah pergerakannya menggunakan analisis teknikal dengan hasil sebagai berikut:
Sumber: Refinitiv
Secara teknikal, membentuk pola bintang pagi (morning star). Pola tersebut termasuk ke dalam pola pembalikan (reversal) menuju penguatan.

Indeks nampak kembali ke jalur menguat, hal ini dapat dilihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rerata harganya selama lima hari (moving average/MA5).

Potensi pengurangan penguatan berpotensi terjadi mengingat volume perdagangan tidak sebesar kemarin.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular