
Analisis Teknikal
Rupiah Keok, Reli IHSG Terhenti
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
14 December 2018 17:45

Jakarta,CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus mengakhiri pekan dengan pelemahan selaras dengan pelemahan rupiah terhadap dolar AS. IHSG terjerat di zona merah dengan pelemahan 0,12% ke level 6.169, Jumat (14/12/2018).
ECB mengumumkan suku bunga acuan ditahan di level 0%, tidak berubah sejak 2016, Kamis (13/12/2018). Secara resmi, ECB juga mengakhiri program stimulus berupa pembelian surat berharga (quantitative easing).
Pengaruh pengetatan yang dilakukan European Central Bank (ECB) di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi yang menurun di benua biru membuat pelaku pasar memburu dolar Amerika Serikat (AS). Akibatnya dolar indeks (DXY) menguat hingga level 97,5 dan menekan sebagian besar mata uang dunia lainnya.
Sementara rupiah kembali tak berdaya dan dibanderol Rp 14.580 per 1 US$ di penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,62% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Pelemahan tersebut menekan pergerakan bursa saham, khususnya indeks sektor keuangan. maklum saja, Indonesia adalah negara importir minyak, sehingga kebutuhan akan dolar menjadi lebih banyak sehingga berpengaruh ke transaksi berjalan (current account). Akibatnya potensi default dari debitur yang mempunyai exposure dolar AS jadi meningkat.
Dari dalam negeri, sebagian pelaku pasar nampak melakukan aksi ambil untung mengantisipasi rilis data neraca dagang yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (17/12/2018).
Konsensus pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 2,7% year-on-year (YoY) sementara impor tumbuh lebih kencang yaitu 9,95% YoY. Sehingga neraca dagang diramal mengalami defisit US$ 1,02 miliar.
Secara pergerakan, IHSG masih cenderung stagnan dengan level penghalang kenaikan (resistance) terdekat berada di level 6.200.
Terbentuknya pola bullish harami disertai dengan celah kenaikan (gap up) pada grafik. Memberikan sinyal akan terjadi penguatan pada perdagangan berikutnya.
Mengacu pada indikator rerata pergerakan selama lima hari (moving average/MA), indeks masih kokoh bergerak di atas garis MA5, MA 10 dan MA 20. Artinya masih dalam mode menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
ECB mengumumkan suku bunga acuan ditahan di level 0%, tidak berubah sejak 2016, Kamis (13/12/2018). Secara resmi, ECB juga mengakhiri program stimulus berupa pembelian surat berharga (quantitative easing).
Pengaruh pengetatan yang dilakukan European Central Bank (ECB) di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi yang menurun di benua biru membuat pelaku pasar memburu dolar Amerika Serikat (AS). Akibatnya dolar indeks (DXY) menguat hingga level 97,5 dan menekan sebagian besar mata uang dunia lainnya.
Pelemahan tersebut menekan pergerakan bursa saham, khususnya indeks sektor keuangan. maklum saja, Indonesia adalah negara importir minyak, sehingga kebutuhan akan dolar menjadi lebih banyak sehingga berpengaruh ke transaksi berjalan (current account). Akibatnya potensi default dari debitur yang mempunyai exposure dolar AS jadi meningkat.
Dari dalam negeri, sebagian pelaku pasar nampak melakukan aksi ambil untung mengantisipasi rilis data neraca dagang yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (17/12/2018).
Konsensus pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 2,7% year-on-year (YoY) sementara impor tumbuh lebih kencang yaitu 9,95% YoY. Sehingga neraca dagang diramal mengalami defisit US$ 1,02 miliar.
Secara pergerakan, IHSG masih cenderung stagnan dengan level penghalang kenaikan (resistance) terdekat berada di level 6.200.
![]() |
Mengacu pada indikator rerata pergerakan selama lima hari (moving average/MA), indeks masih kokoh bergerak di atas garis MA5, MA 10 dan MA 20. Artinya masih dalam mode menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular