
Bank Sentral Eropa Eksekusi Pengetatan, Bursa Asia Berguguran
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 December 2018 09:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona merah pada perdagangan terakhir di pekan ini: indeks Nikkei turun 0,81%, indeks Shanghai turun 0,26%, indeks Hang Seng turun 1,15%, dan indeks Strait Times turun 0,76%. Sementara itu, indeks Kospi dibuka flat di level 2.095,64.
Pengetatan yang dilakukan oleh European Central Bank (ECB) membuat pelaku pasar meninggalkan instrumen berisiko seperti saham. Kemarin (13/12/2018), ECB mengumumkan tingkat suku bunga acuan ditahan di level 0%, tidak berubah sejak 2016.
Namun, ECB juga secara resmi mengakhiri program stimulus berupa pembelian surat-surat berharga (quantitative easing) yang selama ini dilakukan guna mendongkrak laju perekonomian Benua Biru.
Celakanya, pengetatan dilakukan kala di saat yang bersamaan ECB merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Benua Biru untuk 2018 dan 2019. Tahun ini, ekonomi Eropa diperkirakan tumbuh 1,9% sementara perkiraan sebelumnya adalah 2%. Kemudian untuk 2019, proyeksi pertumbuhan ekonomi direvisi dari 1,8% menjadi 1,7%.
"Risiko di Eropa masih relatif seimbang. Namun memang ada potensi ke bawah (downside risk) akibat faktor ketegangan geopolitik, proteksionisme, kerentanan di negara-negara berkembang, dan volatilitas di pasar keuangan," kata Gubernur ECB Mario Draghi dalam jumpa pers usai rapat, mengutip Reuters.
Dikhawatirkan, pengetatan yang dilakukan ECB akan menjadi blunder dengan memukul perekonomian Eropa lebih dalam dari yang diperkirakan. Apalagi, ketidakpastian mengenai proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) juga masih lekat menempel perekonomian Eropa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Pengetatan yang dilakukan oleh European Central Bank (ECB) membuat pelaku pasar meninggalkan instrumen berisiko seperti saham. Kemarin (13/12/2018), ECB mengumumkan tingkat suku bunga acuan ditahan di level 0%, tidak berubah sejak 2016.
Namun, ECB juga secara resmi mengakhiri program stimulus berupa pembelian surat-surat berharga (quantitative easing) yang selama ini dilakukan guna mendongkrak laju perekonomian Benua Biru.
"Risiko di Eropa masih relatif seimbang. Namun memang ada potensi ke bawah (downside risk) akibat faktor ketegangan geopolitik, proteksionisme, kerentanan di negara-negara berkembang, dan volatilitas di pasar keuangan," kata Gubernur ECB Mario Draghi dalam jumpa pers usai rapat, mengutip Reuters.
Dikhawatirkan, pengetatan yang dilakukan ECB akan menjadi blunder dengan memukul perekonomian Eropa lebih dalam dari yang diperkirakan. Apalagi, ketidakpastian mengenai proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) juga masih lekat menempel perekonomian Eropa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular