Analisis Teknikal

Ketegangan Perang Dagang Turun, IHSG Sesi I Menguat 0,52%

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
12 December 2018 13:12
Adanya perkembangan hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China mengenai perang dagang membawa bursa Asia menghijau.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengekor bursa Asia yang menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sementara waktu menguat 0,52% ke level 6.108.

Nikkei terbang 2,02%, Shanghai naik 0,24%, Kospi melonjak 1,32% dan Hang Seng menguat 1,53%. Adanya perkembangan hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China mengenai perang dagang membawa bursa Asia menghijau.

Kemarin (11/12/2018), Wakil Perdana Menteri China Liu He telah berbicara melalui telepon dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.

Beijing dan Washington tengah menyusun rencana kerja sebagai tindak lanjut kesepakatan yang dibuat oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China di Xi Jinping di Argentina awal bulan ini.

Mengutip Wall Street Journal, Liu disebut-sebut akan bertandang ke Washington setelah Tahun Baru. Liu akan membahas tindak lanjut dari kesepakatan Trump-Xi di Buenos Aires bersama Mnuchin dan Lighthizer.

Namun demikian, investor asing jadi penghambat kenaikan IHSG dikarenakan aksi jual yang dilakukan. Hingga siang ini, asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) senilai Rp 436 miliar.

Asing melakukan penjualan lebih dari Rp 1 triliun selama dua hari berturut-turut pada minggu ini. Hingga tahun berjalan asing masih net sell Rp 48,4 triliun.

Lalu, kemana arah IHSG pada sesi dua akan bergerak? Tim Riset CNBC Indonesia melakukan analisis secara teknikal dengan hasil sebagai berikut:
Sumber: Refinitif
Secara teknikal, IHSG masih berpotensi menguat pada sesi dua, menyusul terbentuknya pola bullish harami yang menunjukan ciri-ciri penguatan.

Level 6.100 nampaknya akan kembali menjadi penahan (support) kejatuhan IHSG minggu ini.

Mengacu pada indikator teknikal rerata pergerakan harga (moving average/MA), indeks menunjukan potensi kenaikan karena bergerak tepat di garis rerata harganya selama lima hari (MA5).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular