Kenapa Rupiah Melemah Hari Ini? Simak Penjelasan BI

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
10 December 2018 10:04
Bank Indonesia (BI) mengaku langsung menjaga rupiah dengan melakukan intervensi di pasar Domestik Non-Delivery Forward (DNDF).
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi hari ini.

Pada Senin (10/12/2018) pukul 09:48, US$ 1 dibanderol Rp 14.518 di pasar spot atau surut 0,37% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Bank Indonesia (BI) mengaku langsung menjaga rupiah dengan melakukan intervensi di pasar Domestik Non-Delivery Forward (DNDF).

"Bank Indonesia tengah merespons pelemahan di sesi pagi ini dengan kembali melakukan intervensi di pasar DNDF," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah, kepada CNBC Indonesia, Senin (10/12/2018).
Nanang menjelaskan secara lengkap, kenapa rupiah melemah pada pembukaan pasar pagi ini. Menurutnya, pelemahan rupiah di sesi pagi masih disebabkan oleh kekhawatiran melemahnya ekonomi AS pasca rilis data Non-farm Payroll AS bulan November 2018.

"Di mana penyerapan angkatan kerja hanya tumbuh 155 ribu jauh, lebih rendah dari perkiraan 198 ribu dan rata-rata tahun 2018 sebesar 206 ribu. Ini menambah tekanan sell-off di pasar saham AS, yang sebelumnya sudah tertekan akibat memanasnya kembali tensi perang dagang AS-China, pasca negosiasi kedua negara di sela-sela forum G20," ungkapnya.
Kenapa Rupiah Melemah Hari Ini? Simak Penjelasan BIFoto: Nanang Hendarsah (Dok Bank Indonesia)
"Indeks S&P 500 sudah anjlok 4,4% dalam sepekan terakhir. Kekhawatiran melambatnya ekonomi AS juga tergambar di yield US Treasury Bond 10 tahun yang ke 8,3%, mengakibatkan selisih yield antara 3 dan 5 tahun US Treasury Note menjadi semakin negative, pertama kali sejak tahun 2007."
Seharusnya, menurut Nanang, merosotnya saham di AS yang bisa berdampak ke konsumsi AS melalui jalur 'wealth effect' dan menurunnya yield obligasi AS yang menggambarkan ekspektasi pertumbuhan dan inflasi ke depan yang lebih rendah akan menjadi pertimbangan dalam perumusan kebijakan suku bunga The Fed di FOMC 18-19 Desember 2018 nanti setidaknya untuk arah suku bunga di tahun 2019.

Di pasar uang, indeks future FFR dan Overnight Index Swap untuk tahun 2019 dan 2020 sudah bergerak di bawah dot-plot FOMC, artinya pasar berekspektasi The Fed akan mengurangi intensitas kenaikan suku bunga di tahun 2019, dan bisa kemungkinan mulai turun di tahun 2020.

"Dengan latar belakang tersebut, seharusnya tekanan pelemahan terhadap mata uang Emerging Market akan lebih kecil, dan reaksi pasar hari ini lebih karena terjadinya aksi 'flight quality' atau 'knee-jerk reaction' yang sifanya jangka pendek ketika pasar tiba-tiba menghadap ketidakpastian ke depan yang meningkat."

"Dalam merespons pergerakan rupiah, Bank Indonesia kembali melakukan intervensi di pasar DNDF untuk mendorong market liquidity DNDF sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," tutup Nanang.


(wed) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular