
Sempat Lama Perkasa, Rupiah Jadi Loyo Lawan Mata Uang Asia

Pada Rabu (5/12/2018) pukul 14:07 WIB, US$ 1 di pasar spot sama dengan Rp 14.410. Rupiah melemah 0,88% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Dibandingkan mata uang lainnya di Benua Kuning, pelemahan rupiah adalah yang paling dalam. Betul bahwa dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang Asia, tetapi depresiasi rupiah tidak ada duanya.
Lesu di hadapan dolar AS, performa rupiah terhadap mata uang para tetangga juga setali tiga uang. Ya, rupiah melemah terhadap seluruh mata uang utama Benua Kuning. Bahkan melawan peso Filipina, rupiah melemah di kisaran 1%.
Berikut perkembangan nilai tukar mata uang Asia terhadap rupiah pada pukul 14:13 WIB:
Seperti kemarin, hari ini masih bukan harinya rupiah. Mungkin rupiah juga agak bersalah, karena kemarin-kemarin menguat terlalu tajam. Koreksi pasti akan datang cepat atau lambat, dan itu terjadi dalam 2 hari ini.
Dalam sebulan terakhir, rupiah menguat 3,63% terhadap yen Jepang. Lalu di hadapan yuan China, rupiah melonjak 2,94%.
Kemudian melawan won Korea Selatan, rupiah terapresiasi 3,22%. Sementara terhadap dolar Taiwan, rupiah menguat 4,06%. Sedangkan di hadapan mata uang negara-negara tetangga macam dolar Singapura, ringgit Malaysia, atau peso Filpina, rupiah menguat masing-masing 3,24%, 3,63%, dan 2,69%.
Well, tidak mungkin rupiah menguat terus karena kalau ini terjadi yang ada adalah penggelembungan nilai aset alias bubble. Ketika gelembung itu meletus, dampaknya akan sangat dahsyat.
Oleh karena itu, rupiah memang sepertinya perlu koreksi. Koreksi akan membuat pasar menjadi lebih sehat.
Itu lah mengapa di samping pedal gas pasti ada pedal rem (mau two pedals atau three pedals, terserah). Sebab kalau gas pol terus-terusan bahaya juga, pasti tabrakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
