
Inflasi di Atas Ekspektasi, Kok Rupiah Malah Tambah Kuat?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 December 2018 11:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat. Laju inflasi November 2018 yang sedikit di atas ekspektasi sepertinya tidak menghambat gerak mata uang Tanag Air.
Pada Senin (3/12/2018) pukul 11:08 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.230 di perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,49% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Mengawali hari, rupiah sudah mencatatkan penguatan 0,35%. Setelah itu gerak rupiah kurang dinamis, tidak ada fluktuasi yang signifikan.
Rilis data inflasi November 2018 ternyata tidak menjadi penghambat laju rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi bulan lalu sebesar 0,27% secara bulanan (month-to-month/MtM) dan 3,23% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Angka ini di atas konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu 0,19% MtM dan 3,15% YoY. Konsensus yang dihimpun Reuters pun menunjukkan angka serupa.
Meski inflasi di atas ekspektasi pasar, tetapi penguatan rupiah justru semakin nyata. Ada kemungkinan pelaku pasar membaca bahwa konsumsi domestik masih kuat sehingga dunia usaha menaikkan harga dan konsumen mampu membeli.
Apalagi inflasi inti pada November tercatat 3,03% YoY, lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan di 2,97% YoY. Artinya kelompok pengeluaran yang bersifat persisten pun masih tumbuh, sehingga tidak perlu ada kekhawatiran pelemahan daya beli.
Akibatnya, investor memberi apresiasi dan rupiah pun mampu bergerak selaras dengan mata uang utama Asia. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Benua Kuning pada pukul 11:16 WIB:
Pada Senin (3/12/2018) pukul 11:08 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.230 di perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,49% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Mengawali hari, rupiah sudah mencatatkan penguatan 0,35%. Setelah itu gerak rupiah kurang dinamis, tidak ada fluktuasi yang signifikan.
Rilis data inflasi November 2018 ternyata tidak menjadi penghambat laju rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi bulan lalu sebesar 0,27% secara bulanan (month-to-month/MtM) dan 3,23% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Angka ini di atas konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu 0,19% MtM dan 3,15% YoY. Konsensus yang dihimpun Reuters pun menunjukkan angka serupa.
Meski inflasi di atas ekspektasi pasar, tetapi penguatan rupiah justru semakin nyata. Ada kemungkinan pelaku pasar membaca bahwa konsumsi domestik masih kuat sehingga dunia usaha menaikkan harga dan konsumen mampu membeli.
Apalagi inflasi inti pada November tercatat 3,03% YoY, lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan di 2,97% YoY. Artinya kelompok pengeluaran yang bersifat persisten pun masih tumbuh, sehingga tidak perlu ada kekhawatiran pelemahan daya beli.
Akibatnya, investor memberi apresiasi dan rupiah pun mampu bergerak selaras dengan mata uang utama Asia. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Benua Kuning pada pukul 11:16 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Bursa Saham Juga Melesat
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular