
Inflasi Kalahkan Ekspektasi, IHSG Tambah Perkasa
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 December 2018 11:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Rilis data inflasi membawa berkah bagi bursa saham tanah air. Beberapa saat yang lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi bulan November sebesar 0,27% MoM atau 3,23% YoY. Capaian ini mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni 0,19% MoM atau 3,15% YoY.
Sebelum data tersebut dirilis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperdagangkan di level 6.131,38 atau menguat 1,24% dibandingkan posisi penutupan pada hari Jumat (30/11/2018). Kini, penguatan IHSG bertambah lebar menjadi 1,3% ke level 6.135,11.
Angka inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi dimaknai sebagai sinyal menggeliatnya konsumsi masyarakat Indonesia.
Pada rilis angka inflasi periode Oktober 2018 tanggal 1 November 2018, IHSG ditutup hanya menguat tipis 0,07%, setelah dibuka menguat 0,4%. Kala itu, tingginya angka inflasi menjadi momok bagi IHSG.
Pada bulan Oktober, BPS mencatat inflasi sebesar 0,28% MoM, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 0,17% MoM.
Inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi memberi sinyal bahwa depresiasi rupiah sudah mulai memberikan dampak negatif ke kantong masyarakat Indonesia. Jika masyarakat mengurangi konsumsinya, maka pertumbuhan ekonomi tentu akan tertekan, mengingat konsumsi masyarakat membentuk lebih dari 50% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Pada bulan Oktober, rupiah melemah sebesar 2,01% melawan dolar AS di pasar spot.
Namun pada bulan November, rupiah menguat 5,92% melawan dolar AS. Terlepas dari penguatan rupiah, angka inflasi tetap saja tinggi. Inilah yang melandasi persepsi bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sudah mulai menggeliat.
Merespons hal tersebut, indeks sektor barang konsumsi terkerek hingga 1,16%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Tersengat Dampak Corona, IHSG Ambles Lebih 4%
Sebelum data tersebut dirilis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperdagangkan di level 6.131,38 atau menguat 1,24% dibandingkan posisi penutupan pada hari Jumat (30/11/2018). Kini, penguatan IHSG bertambah lebar menjadi 1,3% ke level 6.135,11.
Angka inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi dimaknai sebagai sinyal menggeliatnya konsumsi masyarakat Indonesia.
Pada rilis angka inflasi periode Oktober 2018 tanggal 1 November 2018, IHSG ditutup hanya menguat tipis 0,07%, setelah dibuka menguat 0,4%. Kala itu, tingginya angka inflasi menjadi momok bagi IHSG.
Inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi memberi sinyal bahwa depresiasi rupiah sudah mulai memberikan dampak negatif ke kantong masyarakat Indonesia. Jika masyarakat mengurangi konsumsinya, maka pertumbuhan ekonomi tentu akan tertekan, mengingat konsumsi masyarakat membentuk lebih dari 50% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Pada bulan Oktober, rupiah melemah sebesar 2,01% melawan dolar AS di pasar spot.
Namun pada bulan November, rupiah menguat 5,92% melawan dolar AS. Terlepas dari penguatan rupiah, angka inflasi tetap saja tinggi. Inilah yang melandasi persepsi bahwa konsumsi masyarakat Indonesia sudah mulai menggeliat.
Merespons hal tersebut, indeks sektor barang konsumsi terkerek hingga 1,16%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Tersengat Dampak Corona, IHSG Ambles Lebih 4%
Most Popular