
Analisis Teknikal
Secara Teknikal, IHSG Berpotensi Melambung Hari Ini
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
03 December 2018 08:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bulan November berakhir dengan pelemahan 0,83% di level 6.056, Jumat (30/11/2018). Namun demikian, selama satu bulan indeks mencatatkan hasil yang menggembirakan dengan kenaikan 2,54%.
Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan kembali menguat, dengan rentang pergerakannya antara 6.056 hingga 6.126. Potensi penguatan berdasarakan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal.
Dari perkembangan ekonomi global, tiga indeks utama wallstreet Amerika Serikat (AS) kembali mencatatkan kenaikan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,79%, S&P 500 naik 0,82%, dan Nasdaq Composite terangkat 0,79%.
Harapan investor AS bahkan dunia akhirnya jadi kenyataan untuk sementara waktu. AS dan China mencapai kesepakatan 90 hari gencatan senjata dalam sengketa perdagangan.
Pernyataan tertulis Gedung Putih menyebutkan, AS batal menaikkan tarif bea masuk dari 10% menjadi 25% untuk impor produk-produk China senilai US$ 200 miliar. Sedianya tarif ini akan berlaku 1 Januari 2019.
Sementara China sepakat untuk lebih banyak membeli produk Negeri Adidaya mulai dari hasil agrikultur, energi, manufaktur, dan lain sebagainya. Washington dan Beijing juga sepakat untuk bernegosiasi seputar transfer teknologi, hak atas kekayaan intelektual, hambatan non-tarif, pencurian siber, dan pertanian.
Apabila tidak ada perkembangan yang memuaskan selama 90 hari, maka kedua pihak sepakat tarif bea masuk bagi produk China ke AS akan naik dari 10% menjadi 25%.
Dari dalam negeri, aksi jual investor asing pada saham-saham berkapitalisasi besar mempengaruhi IHSG sehingga ditutup dengan pelemahan. Aksi jual investor asing salah satunya dipengaruhi perubahan dalam komposisi MSCI All Country World Index (ACWI) yang berlaku efektif pada 30 November 2018.
Manajer Investasi mulai mengatur ulang komposisi portfolio dengan mengacu MSCI ACWI sebagai acuan dengan memasukkan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pabrik Kertas tjiwi Kimia (TKIM).
Saham PTBA diborong Rp 97 miliar dan TKIM dibeli Rp 347 miliar. Adapun penurunan yang terjadi di kedua saham tersebut akibat sentimen sektoral maupun profit taking yang dilakukan investor lokal.
Asing juga melepas saham WSKT dan LPPF yang dikeluarkan dari indeks tersebut. WSKT dijual senilai Rp 196 miliar sedangkan LPPF dijual senilai Rp 130 miliar.
Adapun saham-saham lainnya yang cukup banyak dijual asing adalah UNTR (Rp 270 miliar), BBRI (Rp 195 miliar) dan BMRI (Rp 138 miliar). Hari ini asing mencatatkan net sell senilai Rp 1,4 triliun, dengan Rp 923 miliar terjadi di pasar nego dan tunai.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Berikut analisis pergerakan IHSG menggunakan analisis secara teknikal.
Secara volume, IHSG kemarin mencatatkan transaksi Rp 16,78 triliun. Adapun transaksi nego yang tercatat senilai Rp 2,71 triliun. Secara volume, apabila kenaikan hari ini disertai dengan volume yang cukup besar IHSG berpotensi naik lebih jauh.
Secara pergerakan, meskipun IHSG kemarin terkoreksi, indeks masih bergerak di atas garis rerata harganya selama lima hari (moving average/MA5), hal ini menunjukan bahwa IHSG masih dalam jalur penguatan jangka pendek.
Level 6.100 akan menjadi penghalang (resistance) pertama kenaikan IHSG hari ini, apabila tertembus level 6.200 secara psikologis pasar akan menjadi penghalang selanjutnya.
Tim Riset memandang IHSG akan bergerak dengan kecenderungan menguat, dikarenakan adanya sentimen positif dari bursa global, ditambah pergerakan tren jangka pendeknya yang masih dalam mode menguat.
(yam/roy) Next Article Tersengat Dampak Corona, IHSG Ambles Lebih 4%
Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan kembali menguat, dengan rentang pergerakannya antara 6.056 hingga 6.126. Potensi penguatan berdasarakan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal.
Dari perkembangan ekonomi global, tiga indeks utama wallstreet Amerika Serikat (AS) kembali mencatatkan kenaikan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,79%, S&P 500 naik 0,82%, dan Nasdaq Composite terangkat 0,79%.
Pelaku pasar negeri Paman Sam menyambut positif akan pertemuan G-20 antara Donald Trump dengan Xi Jinping di sela-sela KTT G20.
Harapan investor AS bahkan dunia akhirnya jadi kenyataan untuk sementara waktu. AS dan China mencapai kesepakatan 90 hari gencatan senjata dalam sengketa perdagangan.
Pernyataan tertulis Gedung Putih menyebutkan, AS batal menaikkan tarif bea masuk dari 10% menjadi 25% untuk impor produk-produk China senilai US$ 200 miliar. Sedianya tarif ini akan berlaku 1 Januari 2019.
Sementara China sepakat untuk lebih banyak membeli produk Negeri Adidaya mulai dari hasil agrikultur, energi, manufaktur, dan lain sebagainya. Washington dan Beijing juga sepakat untuk bernegosiasi seputar transfer teknologi, hak atas kekayaan intelektual, hambatan non-tarif, pencurian siber, dan pertanian.
Apabila tidak ada perkembangan yang memuaskan selama 90 hari, maka kedua pihak sepakat tarif bea masuk bagi produk China ke AS akan naik dari 10% menjadi 25%.
Dari dalam negeri, aksi jual investor asing pada saham-saham berkapitalisasi besar mempengaruhi IHSG sehingga ditutup dengan pelemahan. Aksi jual investor asing salah satunya dipengaruhi perubahan dalam komposisi MSCI All Country World Index (ACWI) yang berlaku efektif pada 30 November 2018.
Manajer Investasi mulai mengatur ulang komposisi portfolio dengan mengacu MSCI ACWI sebagai acuan dengan memasukkan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pabrik Kertas tjiwi Kimia (TKIM).
Saham PTBA diborong Rp 97 miliar dan TKIM dibeli Rp 347 miliar. Adapun penurunan yang terjadi di kedua saham tersebut akibat sentimen sektoral maupun profit taking yang dilakukan investor lokal.
Asing juga melepas saham WSKT dan LPPF yang dikeluarkan dari indeks tersebut. WSKT dijual senilai Rp 196 miliar sedangkan LPPF dijual senilai Rp 130 miliar.
Adapun saham-saham lainnya yang cukup banyak dijual asing adalah UNTR (Rp 270 miliar), BBRI (Rp 195 miliar) dan BMRI (Rp 138 miliar). Hari ini asing mencatatkan net sell senilai Rp 1,4 triliun, dengan Rp 923 miliar terjadi di pasar nego dan tunai.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Berikut analisis pergerakan IHSG menggunakan analisis secara teknikal.
![]() |
Secara volume, IHSG kemarin mencatatkan transaksi Rp 16,78 triliun. Adapun transaksi nego yang tercatat senilai Rp 2,71 triliun. Secara volume, apabila kenaikan hari ini disertai dengan volume yang cukup besar IHSG berpotensi naik lebih jauh.
Secara pergerakan, meskipun IHSG kemarin terkoreksi, indeks masih bergerak di atas garis rerata harganya selama lima hari (moving average/MA5), hal ini menunjukan bahwa IHSG masih dalam jalur penguatan jangka pendek.
Level 6.100 akan menjadi penghalang (resistance) pertama kenaikan IHSG hari ini, apabila tertembus level 6.200 secara psikologis pasar akan menjadi penghalang selanjutnya.
Tim Riset memandang IHSG akan bergerak dengan kecenderungan menguat, dikarenakan adanya sentimen positif dari bursa global, ditambah pergerakan tren jangka pendeknya yang masih dalam mode menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/roy) Next Article Tersengat Dampak Corona, IHSG Ambles Lebih 4%
Most Popular