Angin Segar dari AS Bawa Bursa Saham Asia Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 November 2018 17:50
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat untuk mengakhiri pekan ini.
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat untuk mengakhiri pekan ini: indeks Nikkei naik 0,4%, indeks Shanghai naik 0,81%, indeks Hang Seng naik 0,21%, dan indeks Strait Times naik 0,26%. Hanya indeks Kospi yang melemah, yakni sebesar 0,82%.

Kinerja bursa saham Benua Kuning terdongkrak oleh rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve edisi November 2018. Dalam rapat tersebut, ada aura dovish yang muncul. Para peserta rapat semakin menggarisbawahi bahwa ada risiko yang menghantui perekonomian AS. "Ada pertanda perlambatan di sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga," sebut notulensi itu.

Kemudian, para peserta rapat juga menekankan pentingnya berkaca kepada data (data dependent) dalam pengambilan keputusan.

"Para peserta menyiratkan bahwa sepertinya dalam rapat-rapat ke depan perlu ada perubahan bahasa penyampaian, di mana ada kalimat yang menyatakan pentingnya evaluasi terhadap berbagai data dalam menentukan arah kebijakan. Perubahan ini akan membantu memandu Komite dalam situasi perekonomian yang dinamis," tulis notulensi tersebut.

Pernyataan tersebut diartikan sebagai sinyal bahwa The Fed mungkin akan mengurangi kadar kenaikan suku bunga acuan. Sebagai informasi, The Fed memproyeksikan akan ada sekali lagi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini, yakni pada bulan Desember. Untuk tahun depan, normalisasi diproyeksikan sebanyak 3 kali.

Data ekonomi teranyar di AS memang menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Personal Comsumption Expenditure (PCE) inti atau Core PCE yang menjadi prefensi The Fed dalam mengukur inflasi tercatat sebesar 1,8% YoY pada bulan Oktober, melambat dibandingkan capaian bulan September yaitu 1,9% YoY. Pencapaian Oktober menjadi yang paling rendah sejak Februari.

Kemudian, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 24 November diumumkan sebanyak 234.000 jiwa, lebih tinggi dari konsensus yang sebesar 221.000 jiwa. Capaian pekan lalu juga menjadi yang tertinggi sejak pertengahan Mei.

Kala perang dagang dengan China masih berkecamuk dan kala data ekonomi sudah memberikan sinyal perlambatan, normalisasi yang tak kelewat agresif memang merupakan pilihan terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.

Dari kawasan regional, rilis data ekonomi sejatinya kurang mendukung untuk melakukan aksi beli di pasar saham. Pada pagi hari, tingkat pengangguran Jepang periode Oktober 2018 diumumkan di level 2,4%, lebih tinggi dari konsensus yang sebesar 2,3%.

Pada siang hari, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Jepang periode November 2018 diumumkan di level 42,9, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 43,3.

Beralih ke China, pada pagi hari data manufaktu atau PMI periode November 2018 versi resmi pemerintah China diumumkan sebesar 50, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 50,2.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular