
SBN Tenor 5 tahun dan 20 tahun Diprediksi Lanjut Naik
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
27 November 2018 08:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah seri 5 tahun dan 20 tahun diprediksi akan berlanjut menguat di tengah berlanjutnya penguatan melebihi level sebulan terakhir.
"Obligasi tenor 5 tahun dan 20 tahun masih memiliki ruang untuk mengalami penguatan, tetapi tenor 10 tahun dan 15 tahun sudah "mentok"," ujar Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nicodemus dalam risetnya pagi ini (27/11/18).
Kiwoom merekomendasikan tahan transaksi hari ini untuk obligasi berdurasi tenor 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun tetapi beli bagi obligasi 5 tahun.
Penguatan itu, lanjut Nico, diprediksi diperkuat oleh kondusifnya kondisi global, masuknya dana investor asing (capital inflow) ke pasar surat berharga negara (SBN), dan dihentikannya sisa lelang obligasi domestik hingga akhir tahun.
Inflow asing dapat dicermati dari porsi investor di pasar SBN, di mana investor asing menggenggam Rp 894,68 triliun SBN, atau 37,55% dari total beredar Rp 2.382 triliun berdasarkan data per 23 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 30,36 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.
Menurut dia, ditiadakannya sisa lelang akan memaksa para pelaku pasar dan investor bermain di pasar sekunder yang akan mendorong total transaksi dan frekuensi bertambah, sehingga pasar obligasi akan lebih "hidup".
Namun, dia mengingatkan akhir bulan ini pula akan menjadi titik balik bagi pergerakan pasar obligasi apalagi setelah pertemuan Presiden Trump dan Xi Jinping usai.
"Cermati setiap sentimen yang masuk khususnya dari global, karena akan memberikan arah pergerakan obligasi."
Kemarin, dia mencermati kenaikan masih terjadi di pasar SBN. Pasar didorong oleh mesin obligasi berdurasi 5 tahun, diikuti dengan 20 tahun.
Namun demikian, lanjutnya, obligasi berdurasi 10 tahun dan 15 tahun sudah mencapai puncaknya.
Pasar obligasi masih terus terdorong oleh sentimen positif penguatan rupiah yang terus mencoba uji support di Rp 14.395 per dolar AS.
Dalam riset terpisah, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono memprediksi penguatan terbatas akan terjadi di pasar SBN.
"Yield SBN diproyeksi masih dalam tren penurunan seiring dengan pergerakan terlambat (lagging) merespon tren penurunan harga minyak mentah dunia sejauh ini."
Selain itu, adanya kemungkinan penurunan target defisit APBN Italia di tahun 2018 dan turunnya CBOE Volatility Index (VIX) sebesar 12,17% ke level 18,90 poin, guna mengukur risiko pasar modal global, memberikan tambahan katalis positif bagi harga SBN di pasar sekunder hari ini.
"Namun demikian, proyeksi kenaikan harga SBN dibatasi oleh isu perang dagang setelah Trump berencana untuk menaikkan tarif beberapa produk impor elektronik dari Tiongkok."
Berikut data perdagangan kemarin.
Yield Obligasi Negara Acuan 26 Nov'18
Sumber: Refinitiv
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
Berikut beberapa berita obligasi yang dirangkum tim Kiwoom Sekuritas:
Kasus suap yang menimpa PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mempengaruhi pasar obligasi grup Lippo di Singapura. Obligasi berdenominasi dolar Singapura yang diterbitkan oleh First Real Estate Investment Trust (First REIT) turun karena isu krisis likuiditas. Sebab, investor khawatir, perusahaan ini bakal menggunakan entitas perusahaan lain untuk menopang krisis keuangan yang terjadi. Obligasi Lippo Malls Indonesia Retail Trust juga tertekan. (Kontan)
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
"Obligasi tenor 5 tahun dan 20 tahun masih memiliki ruang untuk mengalami penguatan, tetapi tenor 10 tahun dan 15 tahun sudah "mentok"," ujar Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nicodemus dalam risetnya pagi ini (27/11/18).
Kiwoom merekomendasikan tahan transaksi hari ini untuk obligasi berdurasi tenor 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun tetapi beli bagi obligasi 5 tahun.
Inflow asing dapat dicermati dari porsi investor di pasar SBN, di mana investor asing menggenggam Rp 894,68 triliun SBN, atau 37,55% dari total beredar Rp 2.382 triliun berdasarkan data per 23 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 30,36 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.
Menurut dia, ditiadakannya sisa lelang akan memaksa para pelaku pasar dan investor bermain di pasar sekunder yang akan mendorong total transaksi dan frekuensi bertambah, sehingga pasar obligasi akan lebih "hidup".
Namun, dia mengingatkan akhir bulan ini pula akan menjadi titik balik bagi pergerakan pasar obligasi apalagi setelah pertemuan Presiden Trump dan Xi Jinping usai.
"Cermati setiap sentimen yang masuk khususnya dari global, karena akan memberikan arah pergerakan obligasi."
Kemarin, dia mencermati kenaikan masih terjadi di pasar SBN. Pasar didorong oleh mesin obligasi berdurasi 5 tahun, diikuti dengan 20 tahun.
Namun demikian, lanjutnya, obligasi berdurasi 10 tahun dan 15 tahun sudah mencapai puncaknya.
Pasar obligasi masih terus terdorong oleh sentimen positif penguatan rupiah yang terus mencoba uji support di Rp 14.395 per dolar AS.
Dalam riset terpisah, Analis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono memprediksi penguatan terbatas akan terjadi di pasar SBN.
"Yield SBN diproyeksi masih dalam tren penurunan seiring dengan pergerakan terlambat (lagging) merespon tren penurunan harga minyak mentah dunia sejauh ini."
Selain itu, adanya kemungkinan penurunan target defisit APBN Italia di tahun 2018 dan turunnya CBOE Volatility Index (VIX) sebesar 12,17% ke level 18,90 poin, guna mengukur risiko pasar modal global, memberikan tambahan katalis positif bagi harga SBN di pasar sekunder hari ini.
"Namun demikian, proyeksi kenaikan harga SBN dibatasi oleh isu perang dagang setelah Trump berencana untuk menaikkan tarif beberapa produk impor elektronik dari Tiongkok."
Berikut data perdagangan kemarin.
Yield Obligasi Negara Acuan 26 Nov'18
Seri | Benchmark | Yield 26 Nov'18 (%) | Yield wajar IBPA 26 Nov'18 |
FR0063 | 5 tahun | 7.942 | 7.7772 |
FR0064 | 10 tahun | 7.906 | 7.8602 |
FR0065 | 15 tahun | 8.225 | 8.1367 |
FR0075 | 20 tahun | 8.336 | 8.2979 |
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 26 Nov 2018 (%) | Yield 27 Nov 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.89 | 10.2 | 31.00 |
China | 3.425 | 3.443 | 1.80 |
Jerman | 0.362 | 0.358 | -0.40 |
Perancis | 0.734 | 0.737 | 0.30 |
Inggris | 1.407 | 1.412 | 0.50 |
India | 7.73 | 7.726 | -0.40 |
Italia | 3.239 | 3.272 | 3.30 |
Jepang | 0.091 | 0.089 | -0.20 |
Malaysia | 4.168 | 4.168 | 0.00 |
Filipina | 7.168 | 7.168 | 0.00 |
Rusia | 8.88 | 8.9 | 2.00 |
Singapura | 2.413 | 2.41 | -0.30 |
Thailand | 2.65 | 2.65 | 0.00 |
Turki | 16.01 | 15.95 | -6.00 |
Amerika Serikat | 3.063 | 3.059 | -0.40 |
Berikut beberapa berita obligasi yang dirangkum tim Kiwoom Sekuritas:
Kasus suap yang menimpa PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mempengaruhi pasar obligasi grup Lippo di Singapura. Obligasi berdenominasi dolar Singapura yang diterbitkan oleh First Real Estate Investment Trust (First REIT) turun karena isu krisis likuiditas. Sebab, investor khawatir, perusahaan ini bakal menggunakan entitas perusahaan lain untuk menopang krisis keuangan yang terjadi. Obligasi Lippo Malls Indonesia Retail Trust juga tertekan. (Kontan)
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular