
Rupiah Masuk Zona Merah, Ini Penyebabnya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 November 2018 09:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak mampu bertahan di zona hijau. Rupiah yang sempat stagnan sejak pembukaan, kini melemah tipis.
Pada Senin (26/11/2018) pukul 09:06 WIB, US$ 1 di pasar spot setara dengan Rp 14.540. Rupiah melemah 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Mengawali hari, rupiah stagnan di Rp 14.535/US$. Rupiah bertahan di titik itu sebelum akhirnya terpeleset ke zona merah.
Rupiah bergerak berlawanan arah dengan mata uang Asia. Sebelumnya mata uang Benua Kuning sempat tertekan di hadapan dolar AS, tetapi sekarang situasi berbalik.
Begitu pula dengan rupiah. Mata uang Tanah Air yang awalnya bisa bertahan tidak melemah, sekarang malah terdepresiasi.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 09:06 WIB:
Namun mayoritas mata uang Asia mampu melawan itu, karena sudah melemah pekan lalu. Sepanjang minggu kemarin, Dolar Singapura melemah 0,22%, ringgit Malaysia melemah 0,12%, yen Jepang melemah 0,12%, yuan China melemah 0,16%, dolar Taiwan melemah 0,01%, dan won Korea Selatan anjlok 1,08%. Investor pun memanfaatkan pelemahan ini dengan melakukan aksi borong.
Sementara rupiah malah menguat 0,49% pekan lalu. Akibatnya, mata uang Tanah Air justru terkena ambil untung (profit taking) sehingga berbalik melemah.
Selain itu, rupiah juga terimbas sentimen negatif akibat kenaikan harga minyak dunia. Setelah anjlok pekan lalu, harga si emas hitam mulai naik meski sangat terbatas.
Pada pukul 09:13 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,51% dan light sweet bertambah 0,08%. Sebenarnya kenaikan ini masih sangat labil, karena harga minyak masih dalam tren menurun.
Kenaikan harga minyak bukan berita baik buat rupiah. Pasalnya kenaikan harga minyak menyebabkan impor migas membengkak, bahkan kalau volume yang diimpor tidak berubah.
Akibatnya, defisit transaksi berjalan (current account) semakin berpotensi semakin dalam. Rupiah pun tidak punya modal untuk menguat karena minimnya pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Senin (26/11/2018) pukul 09:06 WIB, US$ 1 di pasar spot setara dengan Rp 14.540. Rupiah melemah 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Mengawali hari, rupiah stagnan di Rp 14.535/US$. Rupiah bertahan di titik itu sebelum akhirnya terpeleset ke zona merah.
Rupiah bergerak berlawanan arah dengan mata uang Asia. Sebelumnya mata uang Benua Kuning sempat tertekan di hadapan dolar AS, tetapi sekarang situasi berbalik.
Begitu pula dengan rupiah. Mata uang Tanah Air yang awalnya bisa bertahan tidak melemah, sekarang malah terdepresiasi.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 09:06 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Dolar AS sebenarnya sedang menguat secara global. Pada pukul 09:08 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%. Namun mayoritas mata uang Asia mampu melawan itu, karena sudah melemah pekan lalu. Sepanjang minggu kemarin, Dolar Singapura melemah 0,22%, ringgit Malaysia melemah 0,12%, yen Jepang melemah 0,12%, yuan China melemah 0,16%, dolar Taiwan melemah 0,01%, dan won Korea Selatan anjlok 1,08%. Investor pun memanfaatkan pelemahan ini dengan melakukan aksi borong.
Sementara rupiah malah menguat 0,49% pekan lalu. Akibatnya, mata uang Tanah Air justru terkena ambil untung (profit taking) sehingga berbalik melemah.
Selain itu, rupiah juga terimbas sentimen negatif akibat kenaikan harga minyak dunia. Setelah anjlok pekan lalu, harga si emas hitam mulai naik meski sangat terbatas.
Pada pukul 09:13 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,51% dan light sweet bertambah 0,08%. Sebenarnya kenaikan ini masih sangat labil, karena harga minyak masih dalam tren menurun.
Kenaikan harga minyak bukan berita baik buat rupiah. Pasalnya kenaikan harga minyak menyebabkan impor migas membengkak, bahkan kalau volume yang diimpor tidak berubah.
Akibatnya, defisit transaksi berjalan (current account) semakin berpotensi semakin dalam. Rupiah pun tidak punya modal untuk menguat karena minimnya pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular