Perhatikan Lima Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
25 November 2018 19:45
Perhatikan Lima Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri pekan ini dengan penguatan 0,25% ke level 6.006, didorong saham sektor konsumer. Hanya saja, selama sepekan IHSG masih terhitung turun 0,1% berbarengan dengan koreksi bursa utama Asia.

Untuk sepekan ke depan, bursa saham nasional masih cenderung dipengaruhi sentimen dari beberapa agenda ekonomi di tingkat global, menyusul sepinya agenda ekonomi nasional.

Agenda nasional pertama yang lumayan penting terkait dengan Daftar Negatif Investasi (DNI). Namun, pelaku pasar semestinya sudah mengantisipasi bahwa pemberlakuan itu bisa saja ditunda setelah pelaku usaha menolak draf yang ada karena minimnya sosialisasi.

Investor juga mengantisipasi pertumbuhan utang nasional yang diumumkan pekan depan. Pada September utang Indonesia naik 12,74% dari periode sama 2017. Menurut Tradingeconomics, pertumbuhan utang nasional rata-rata tumbuh 20% per tahun, dari 1981 hingga 2018.

Sentimen kedua yang perlu diperhatikan berasal dari luar negeri, yakni adanya jadwal dengar pendapat (hearing) antara Bank Sentral Eropa (European Central Bank) dengan Parlemen Uni Eropa di Brussel pada Senin malam atau Selasa pagi Waktu Indonesia Barat (WIB).

Gubernur ECB Mario Draghi dijadwalkan memberikan pidato dan pasar memperkirakan ECB masih akan menyuntik pasar Eropa lewat program quantitative easing (QE) sampai dengan Desember, dan mempertahankan suku bunga acuan rendah hingga Juni 2019.

Jika ada perubahan mendadak yang tersirat dari pidato kali ini, pasar akan bereaksi negatif. Sejauh ini, sebanyak US$2,95 triliun disuntikkan oleh ECB sejak 2015 dengan membeli kembali surat utangnya. Tambahan likuiditas itu membuat pasar keuangan Uni Eropa bergairah.

Sentimen ketiga berasal dari pemerintah China yang bakal mengumumkan keuntungan sektor industri manufakturnya periode Januari- Oktober. Jika ada perlambatan pertumbuhan laba bersih, pelaku pasar berpeluang memanfaaatkannya sebagai alasan untuk ambil untung.

Pasalnya, perlambatan pertumbuhan laba bersih telah terlihat dalam 9 bulan pertama 2018, yakni menjadi 14,7% menjadi 4,97 triliun yuan, melambat dari pertumbuhan Januari-Agustus sebesar 16,2%. Perlambatan lanjutan akan memperkuat dugaan bahwa perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) mulai memukul profitabilitas perusahaan Tiongkok.

NEXT

Sentimen keempat muncul dari AS berupa pengumuman Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Selasa, yang diprediksi melemah ke 135,5 dari 137,9. IKK menjadi acuan pelaku pasar, terlihat dari kenaikan indeks Dow Jones sebesar 1% pada 30 Oktober setelah penguatan IKK ke 137,9 dari sebelumnya 135,3.

Pelemahan IKK mengindikasikan bahwa masyarakat AS kurang optimistis dengan prospek ekonomi sebulan ke depan. Namun, angka di atas 100 masih mengindikasikan posisi aman, alias tidak sampai mengindikasikan bahwa mereka akan menurunkan belanja.

Karenanya, efek negatif terhadap psikologi pelaku pasar masih akan terbatas. Hanya saja, secara fundamental pelemahan ini bakal semakin mengonfirmasi bahwa tekanan pertumbuhan ekonomi dunia di penghujung tahun ini masih akan terjadi.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi turun proyeksi ekonomi tahun ini dan tahun depan menjadi sebesar 3,7%, dari sebelumnya 3,9%. Revisi dilakukan demi melihat perkembangan perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia, yakni China dan AS.

Apalagi, beberapa negara maju juga akan mengumumkan IKK pekan depan yang umumnya juga melemah. Korea Selatan, misalnya, akan mengumumkan IKK pada Selasa yang diprediksi melemah menjadi 98,8 dari sebelumnya 100.

IKK Italia juga diprediksi melemah dari 116,6 menjadi 115,1. Sementara itu, IKK final Uni Eropa yang bakal diumumkan pada Kamis diprediksi masih minus, yakni di level -3,9 dari sebelumnya -2,7.

Sentimen kelima masih dari AS karena pada Rabu negara Adidaya tersebut akan mengumumkan estimasi kedua untuk PDB kuartal ketiga. Konsensus Tradingeconomics memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga AS berada di kisaran 3,5%, alias melambat dari posisi triwulan sebelumnya 4,2%.

Perlambatan pertumbuhan tersebut kemungkinan besar masih bisa diterima pasar, karena pertumbuhan 3,5% masih terhitung bagus untuk negara sebesar AS. Namun, pasar AS berpeluang tertekan pada Kamis waktu setempat, setelah ada lelang obligasi bertenor 7 tahun.

Pasar memantau berapa imbal hasil (yield) yang ditawarkan, setelah sebelumnya pemerintah AS menawarkan yield premium 3,074%, Jika imbal hasil sesuai ekspektasi, pelaku pasar AS akan mengalihkan dananya dari saham ke obligasi sehingga bursa saham berpeluang tertekan.

Namun, laju perpindahan tersebut tidak bakal besar karena rilis data klaim lanjutan pengangguran (continuing jobless claims) pada hari yang sama diprediksi berujung pada angka yang membaik yakni menjadi 1.663.000, dari sebelumnya 1.668.000.

Di sisi lain klaim pengangguran baru (initial jobless claims) diperkirakan sebesar 221.000 dari 224.000. Membaiknya data pengangguran tersebut bakal direspons positif bursa AS, dan berpeluang membantu IHSG menghijau pada pembukaan Jumat.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(ags/ags) Next Article Sentimen-Sentimen Ini Bisa 'Acak-Acak' Pasar Pekan Depan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular