
Bak Roller Coaster, Begini Lika-Liku Perjalanan IHSG Hari Ini
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 November 2018 16:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan di bursa saham tanah air pada hari ini bak roller coaster. Dibuka menguat 0,12% ke level 5.998,03, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menguat hingga 0,44% dan menembus level psikologis 6.000, yakni ke level 6.017,46.
Kemudian, IHSG jatuh ke zona merah hingga ke titik terendahnya di level 5.971,99 (-0,31%). Pada akhir perdagangan, IHSG sudah kembali ke zona hijau dengan menguat sebesar 0,26% ke level 6.006,2.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,06 triliun dengan volume sebanyak 9,1 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 338.838 kali.
Performa IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang ditransaksikan melemah: indeks Shanghai anjlok 2,49%, indeks Hang Seng turun 0,35%, dan indeks Kospi turun 0,6%.
Sentimen negatif berupa perang dagang AS-China yang kian panas membuat investor melepas instrumen berisiko seperti saham. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.
"Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi "Section 301"." Tulis USTR dalam pernyataannya.
China pun kini dibuat berang oleh pernyataan tersebut. Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa tuduhan AS sama sekali tidak berdasar.
"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.
Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia
"China akan mencermati langkah yang mungkin akan ditempuh AS. China siap melakukan langkah yang diperkukan untuk menjaga kedaulatan dan kepentingan negara," tegas Gao.
Kian panasnya hubungan kedua negara terjadi di saat yang kurang tepat. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan ini.
Besar kemungkinan, pertemuan itu tak bisa menyelesaikan perang dagang yang selama ini tengah berkecamuk.
Selain itu, ada kabar buruk seputar proses perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit). Mantan Menteri Brexit Dominic Raab memproyeksikan bahwa draf Brexit yang disepakati dengan Uni Eropa beberapa waktu yang lalu akan ditolak oleh Parlemen.
Raab, yang mengundurkan diri pada 15 November lalu karena ketidaksetujuannya terhadap draf Brexit, mengatakan bahwa pada titik tersebut (penolakan draf Brexit oleh Parlemen), opsi-opsi alternatif termasuk "No Deal exit" akan dipertimbangkan. Secara sektoral, sektor barang konsumsi ( 1,35%) memimpin penguatan IHSG. Saham-saham sektor barang konsumsi yang diburu investor diantaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR ( 2,49%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP ( 2,33%), PT Mayora Indah Tbk/MYOR ( 1,7%), PT Kimia Farma Tbk/KAEF ( 1,16%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM ( 0,37%).
Koreksi yang sudah terlalu dalam membuat saham-saham barang konsumsi kini dikoleksi investor. Pada 12 November 2018, indeks sektor barang konsumsi menyentuh titik terendahnya sejak akhir Desember 2016 silam.
Secara fundamental, prospek dari saham-saham barang konsumsi masih kurang menarik. Data-data yang sudah ada mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia akan melemah pada kuartal-IV 2018.
Belum lama ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2018 sebesar 5,17% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia sebesar 5,145% YoY.
Namun, terdapat tekanan yang cukup besar bagi pos konsumsi rumah tangga. Pos ini hanya tumbuh sebesar 5,01% YoY, jauh lebih rendah dibandingkan capaian kuartal-II 2018 yang sebesar 5,14% YoY.
Memang, pada kuartal-II 2018 terdapat bulan puasa dan lebaran yang sangat signifikan mendongkrak konsumsi. Tetapi di kuartal-III 2018, terdapat pagelaran Asian Games 2018 dan hari kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus yang juga mendongrak konsumsi, walaupun memang tak akan sesignifikan bulan puasa dan lebaran. Tetap saja, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang hanya sebesar 5,01% YoY tergolong lambat.
Di kuartal-IV 2018, ada perayaan hari Natal dan libur tahun baru yang lagi-lagi bisa mendongkrak konsumsi. Namun, dampaknya kami perkirakan juga tak akan sesignifikan bulan puasa dan lebaran.
Apalagi, Bank Indonesia (BI) merilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Oktober 2018 di level 119,2, terendah dalam 20 bulan terakhir atau sejak Februari 2017. Turunnya IKK bulan Oktober dipengaruhi oleh penurunan pada 2 komponen pembentuknya, yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).
IKE turun menjadi 106,2, dari 110,2 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK turun menjadi 132,2, dari 134,5 pada bulan sebelumnya.
Rendahnya angka IKK memberikan sinyal bahwa masyarakat Indonesia akan mengurangi konsumsinya dalam beberapa waktu ke depan.
Hal ini pun nampaknya sudah mulai terkonfirmasi. Dalam publikasi Survei Penjualan Eceran periode September 2018 yang dirilis oleh BI, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan riil periode Oktober 2018 tercatat hanya sebesar 3,9% YoY, melambat dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar 4,8% YoY.
Kami melihat bahwa konsumsi rumah tangga akan jatuh ke bawah level 5% pada kuartal-IV 2018. Di sisi lain, sektor jasa keuangan (-0,57%) menjadi sektor dengan kontribusi negatif terbesar bagi IHSG. Sektor jasa keuangan melemah seiring dengan aksi jual pada saham-saham bank BUKU IV.
Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengakhiri sesi 2 dengan melemah 1,97%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 1,21%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 0,34%.
Penguatan harga yang sudah terjadi sejak akhir bulan lalu membuat investor mencairkan cuan yang sudah didapat. Perang dagang AS-China yang kian panas dan kabar buruk terkait dengan Brexit menjustifikasi aksi jual ini.
Aksi ambil untung atas saham bank BUKU IV banyak dilakukan oleh investor asing. Hingga sore hari, investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp 107,5 miliar atas saham BBRI. Pada saham BMRI, nilainya adalah sebesar Rp 69,2 miliar.
Secara keseluruhan di seluruh pasar, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 139,4 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Kemudian, IHSG jatuh ke zona merah hingga ke titik terendahnya di level 5.971,99 (-0,31%). Pada akhir perdagangan, IHSG sudah kembali ke zona hijau dengan menguat sebesar 0,26% ke level 6.006,2.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,06 triliun dengan volume sebanyak 9,1 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 338.838 kali.
Sentimen negatif berupa perang dagang AS-China yang kian panas membuat investor melepas instrumen berisiko seperti saham. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.
"Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi "Section 301"." Tulis USTR dalam pernyataannya.
China pun kini dibuat berang oleh pernyataan tersebut. Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa tuduhan AS sama sekali tidak berdasar.
"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.
Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia
"China akan mencermati langkah yang mungkin akan ditempuh AS. China siap melakukan langkah yang diperkukan untuk menjaga kedaulatan dan kepentingan negara," tegas Gao.
Kian panasnya hubungan kedua negara terjadi di saat yang kurang tepat. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan bertemu di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan ini.
Besar kemungkinan, pertemuan itu tak bisa menyelesaikan perang dagang yang selama ini tengah berkecamuk.
Selain itu, ada kabar buruk seputar proses perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit). Mantan Menteri Brexit Dominic Raab memproyeksikan bahwa draf Brexit yang disepakati dengan Uni Eropa beberapa waktu yang lalu akan ditolak oleh Parlemen.
Raab, yang mengundurkan diri pada 15 November lalu karena ketidaksetujuannya terhadap draf Brexit, mengatakan bahwa pada titik tersebut (penolakan draf Brexit oleh Parlemen), opsi-opsi alternatif termasuk "No Deal exit" akan dipertimbangkan. Secara sektoral, sektor barang konsumsi ( 1,35%) memimpin penguatan IHSG. Saham-saham sektor barang konsumsi yang diburu investor diantaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR ( 2,49%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP ( 2,33%), PT Mayora Indah Tbk/MYOR ( 1,7%), PT Kimia Farma Tbk/KAEF ( 1,16%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM ( 0,37%).
Koreksi yang sudah terlalu dalam membuat saham-saham barang konsumsi kini dikoleksi investor. Pada 12 November 2018, indeks sektor barang konsumsi menyentuh titik terendahnya sejak akhir Desember 2016 silam.
Secara fundamental, prospek dari saham-saham barang konsumsi masih kurang menarik. Data-data yang sudah ada mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia akan melemah pada kuartal-IV 2018.
Belum lama ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2018 sebesar 5,17% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia sebesar 5,145% YoY.
Namun, terdapat tekanan yang cukup besar bagi pos konsumsi rumah tangga. Pos ini hanya tumbuh sebesar 5,01% YoY, jauh lebih rendah dibandingkan capaian kuartal-II 2018 yang sebesar 5,14% YoY.
Memang, pada kuartal-II 2018 terdapat bulan puasa dan lebaran yang sangat signifikan mendongkrak konsumsi. Tetapi di kuartal-III 2018, terdapat pagelaran Asian Games 2018 dan hari kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus yang juga mendongrak konsumsi, walaupun memang tak akan sesignifikan bulan puasa dan lebaran. Tetap saja, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang hanya sebesar 5,01% YoY tergolong lambat.
Di kuartal-IV 2018, ada perayaan hari Natal dan libur tahun baru yang lagi-lagi bisa mendongkrak konsumsi. Namun, dampaknya kami perkirakan juga tak akan sesignifikan bulan puasa dan lebaran.
Apalagi, Bank Indonesia (BI) merilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Oktober 2018 di level 119,2, terendah dalam 20 bulan terakhir atau sejak Februari 2017. Turunnya IKK bulan Oktober dipengaruhi oleh penurunan pada 2 komponen pembentuknya, yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).
IKE turun menjadi 106,2, dari 110,2 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK turun menjadi 132,2, dari 134,5 pada bulan sebelumnya.
Rendahnya angka IKK memberikan sinyal bahwa masyarakat Indonesia akan mengurangi konsumsinya dalam beberapa waktu ke depan.
Hal ini pun nampaknya sudah mulai terkonfirmasi. Dalam publikasi Survei Penjualan Eceran periode September 2018 yang dirilis oleh BI, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan riil periode Oktober 2018 tercatat hanya sebesar 3,9% YoY, melambat dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar 4,8% YoY.
Kami melihat bahwa konsumsi rumah tangga akan jatuh ke bawah level 5% pada kuartal-IV 2018. Di sisi lain, sektor jasa keuangan (-0,57%) menjadi sektor dengan kontribusi negatif terbesar bagi IHSG. Sektor jasa keuangan melemah seiring dengan aksi jual pada saham-saham bank BUKU IV.
Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengakhiri sesi 2 dengan melemah 1,97%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 1,21%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 0,34%.
Penguatan harga yang sudah terjadi sejak akhir bulan lalu membuat investor mencairkan cuan yang sudah didapat. Perang dagang AS-China yang kian panas dan kabar buruk terkait dengan Brexit menjustifikasi aksi jual ini.
Aksi ambil untung atas saham bank BUKU IV banyak dilakukan oleh investor asing. Hingga sore hari, investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp 107,5 miliar atas saham BBRI. Pada saham BMRI, nilainya adalah sebesar Rp 69,2 miliar.
Secara keseluruhan di seluruh pasar, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 139,4 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular