Dipicu Obral Saham Teknologi, Bursa Hong Kong Koreksi 0,16%

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
21 November 2018 12:00
Kemudian, perang dagang AS-China yang kian panas juga memicu sell-off di bursa saham regional.
Foto: CNBC Indonesia
Hong Kong, CNBC Indonesia - Bursa saham Hong Kong pada jeda perdagangan hari ini berakhir di zona negatif dipicu aksi jual saham-saham perusahaan teknologi, yang disulut perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang terus berlanjut.

Indeks Hang Seng turun 0,16%, atau 41,39 poin, menjadi 25.798,95 pada jeda siang.

Pada hari ini, sentimen bagi bursa saham Benua Kuning memang bisa dikatakan tak kondusif. Pertama, anjloknya Wall Street membawa hawa negatif ke kawasan Asia. Pada dini hari tadi, indeks Dow Jones ditutup anjlok 2,21%, S&P 500 anjlok 1,82%, dan Nasdaq anjlok 1,7%.

Harga saham Apple yang terpangkas 4,78% memotori kejatuhan harga saham emiten-emiten teknologi lainnya seperti Amazon (-1,11%), Netflix (-1,34%), Microsoft (-2,78%), dan Intel (-1,27%).

Saham Apple terus dilepas investor menyusul laporan dari Wall Street Journal yang menyebut perusahaan telah memangkas produksi untuk 3 seri iPhone baru yang diluncurkan pada September lalu, seperti dikutip dari Reuters.

Permintaan yang lebih rendah dari ekspektasi merupakan salah satu alasan perusahaan memangkas produksi dari iPhone XS, iPhone XS Max, dan iPhone XR.

Kemudian, perang dagang AS-China yang kian panas juga memicu sell-off di bursa saham regional. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang baru saja berakhir gagal menghasilkan sebuah komunike untuk kali pertama dalam sejarah.

China menuding AS memaksakan kehendak dan ingin membenarkan praktik proteksionisme untuk masuk dalam salah satu poin komunike APEC. Menurut Beijing, Washington menjadikan APEC sebagai arena untuk melampiaskan amarah. China pun terpaksa masuk ke arena pertandingan tersebut.

"Ada satu negara yang memaksa memasukkan ide mereka ke teks yang harus disepakati pihak-pihak lain, membenarkan proteksionisme dan unilateralisme. Tidak mau menerima masukan dari China dan negara-negara lainnya," tegas Wang Yi, Penasihat Negara China, seperti dikutip Reuters.

Namun AS membantah tuduhan itu. Gedung Putih menilai China 'memelintir' fakta yang sebenarnya.

"Ada 20 dari 21 negara yang siap menandatangani komunike, hanya China yang tidak bersedia. Kami berusaha menyelesaikan ini, tetapi mereka tidak mau," kata seorang pejabat pemerintah AS kepada Reuters.
(hps/hps) Next Article Tunggu Hasil Pertemuan The Fed, Bursa Hong Kong Terkoreksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular