Banyak Ketidakpastian, Wall Street akan Dibuka Flat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 November 2018 20:16
Wall Street akan relatif flat saat perdagangan dibuka malam ini.
Foto: REUTERS/Stephen Yang
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan relatif flat saat perdagangan dibuka malam ini: kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 mengimplikasikan penurunan masing-masing sebesar 4 dan 0,8 poin, sementara Nasdaq diimplikasikan naik sebesar 4 poin.

Berbagai ketidakpastian membuat investor menghindari bursa saham Amerika Serikat (AS) pada hari ini.

Ketidakpastian pertama datang dari rencana normalisasi suku bunga bunga acuan oleh Federal Reserve selaku bank sentral AS pada penghujung tahun.

Kini, pejabat The Fed terlihat agak ragu untuk mengeksekusi rencananya. Dalam sesi tanya jawab dalam sebuah acara di Dallas pada 14 November lalu, Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell mengakui bahwa perekonomian global tidak bertumbuhan dengan laju yang sama pada tahun sebelumnya. Ia menambahkan bahwa laju pertumbuhan ekonomian global secara perlahan melambat, walaupun itu bukan merupakan perlambatan yang parah.

Kemudian, Wakil Gubenur The Fed yang baru Richard Clarida mengatakan bahwa kenaikan suku bunga berikutnya sebaiknya lebih mengacu kepada data (data dependent) karena saat ini Federal Funds Rate (FFR) sudah semakin dekat ke target 2,5-3,5% yang disebut netral.

"Kami sudah dalam titik di mana harus benar-benar data dependent. Suku bunga kebijakan yang netral adalah sesuatu yang masuk akal," tutur Clarida.

Ketidakpastian kedua datang dari proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Melansir The Guardian, sebanyak 23 Member of Parliament (MP) dari Partai Konservatif yang merupakan partai Pimpinan May telah secara terbuka mengatakan bahwa mereka telah mengirimkan surat yang isinya meminta pemungutan suara atas mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan May. Aksi ini terjadi pasca May mengamankan dukungan terkait draf Brexit dari Uni Eropa dan Kabinetnya sendiri.

Sebanyak 48 surat dibutuhkan untuk melakukan pemungutan suara tersebut. Besar kemungkinan, jumlah MP yang mengirimkan surat terus bertambah dan membuat masa depan May menjadi benar-benar di ujung tanduk.

Jika May sampai dilengserkan, nasib Brexit bisa menjadi kian tidak jelas. Pada akhirnya, perekonomian Inggris dan Uni Eropa menjadi taruhannya.

Ketidakpastian ketiga adalah terkait perang dagang AS-China. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang baru saja berakhir gagal menghasilkan sebuah komunike untuk kali pertama dalam sejarah.

"Anda tahun dua raksasa (negara) di dalam ruangan," jawab Perdana Menteri Papua New Guinea Peter O'Neill ketika ditanya mana diantara 21 negara anggota APEC yang tidak bisa memberikan persetujuan, seperti dilansir dari Reuters.

O'Neill yang menjadi Ketua dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa permasalahan utama adalah terkait dimasukkannya World Trade Organization (WTO) dan kemungkinan reformasinya ke dalam deklarasi dari para pimpinan negara-negara anggota.

Dengan hasil KTT APEC yang begitu buruk, pelaku pasar dibuat skeptis dalam menghadapi pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping pada akhir bulan ini.

Pada pukul 22:45 WIB, anggota FOMC John Williams dijadwalkan berbicara di New York City Hispanic Chamber of Commerce.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Perlambatan Ekonomi Kian Terasa, Wall Street akan Terkoreksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular