Awali Pekan Ini, Bursa Saham Asia Dibuka Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 November 2018 09:17
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona hijau untuk mengawali pekan ini.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona hijau untuk mengawali pekan ini: indeks Shanghai naik 0,1%, indeks Hang Seng naik 0,36%, indeks Straits Times turun 0,16%, dan indeks Kospi naik 0,18%. Hanya indeks Nikkei yang dibuka melemah, yakni sebesar 0,01%.

Memudarnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan oleh Federal Reserve selaku bank sentral AS pada penghujung tahun ini memotori penguatan bursa saham Benua Kuning.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 18 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada bulan Desember adalah sebesar 67,2%, lebih rendah dari posisi tanggal 16 November 2018 yang sebesar 68,9%. Jika dibandingkan dengan posisi 1 minggu sebelumnya, nilainya turun lebih jauh. Sepekan yang lalu, probabilitasnya berada di level 75,8%.

Ada 2 hal utama yang membuat pelaku pasar tak yakin bahwa perekonomian AS masih 'sepanas' periode-periode sebelumnya, sehingga suku bunga acuan tak perlu dikerek pada Desember nanti. Pertama, komentar dari Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell.

Dalam sesi tanya jawab dalam sebuah acara di Dallas pada 14 November lalu, Powell mengakui bahwa perekonomian global tidak bertumbuhan dengan laju yang sama pada tahun sebelumnya. Ia menambahkan bahwa laju pertumbuhan ekonomian global secara perlahan melambat, walaupun itu bukan merupakan perlambatan yang parah.

Lebih lanjut, data ekonomi terbaru yang dirilis di Negeri Paman Sam menunjukkan adanya kontraksi dari sisi produksi. Pada hari Jumat (16/11/2018), data pertumbuhan produksi industri periode Oktober 2018 diumumkan melemah sebesar 0,1% MoM, meleset dari konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,2% MoM, seperti dikutip dari Forex Factory.

Data produksi industri meenghitung total perubahan output yang dihasilkan oleh industri manufaktur, pertambangan, dan utilitas. Data ini merupakan leading indicator dari perekonomian AS. Jika produksi dalam suatu periode mengalami kontraksi, maka kemungkinan besar tingkat konsumsi rumah tangga di periode berikutnya akan tertekan, mengingat konsumsi akan dipenuhi oleh produksi pada periode sebelumnya.

Di AS, konsumsi rumah tangga membentuk sekitar 70% dari total nilai perekonomian. Ketika konsumsi melambat, maka pertumbuhan ekonomi dan inflasi akan melandai sehingga the Fed tak perlu repot-repot melakukan pengetatan.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(ank/roy) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular