Sejak Awal Bulan, Penguatan Rupiah Tertinggi Sejagat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
17 November 2018 15:23
Mata uang garuda masih menjadi yang terkuat di Asia dan bahkan dunia.
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan ini, rupiah menguat 0,49% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.680 per dolar AS menjadi Rp 14.608 per dolar AS.

Penguatan rupiah tersebut ternyata juga bersamaan oleh hampir seluruh mata uang negara utama Asia, kecuali dong Vietnam dan ringgit Malaysia yang masing-masing turun 0,07% dan 0,29% terhadap dolar AS. 



Meskipun menguat, mata uang garuda hanya menempati posisi ketujuh dari 12 negara utama Asia. 

Penguatan rupiah masih di bawah penguatan yen Jepang (0,88%), peso Filipina (0,84%), won Korsel (0,82%), rupee India (0,69%), baht Thailand (0,76%), dan dolar Singapura yang menguat 0,51% terhadap dolar AS.
 

Di sisi lain, yuan China, dolar Hong Kong dan dolar Taiwan masih menguat meskipun penguatannya masih di bawah rupiah. 


Sumber: Refinitiv 

Penguatan rupiah tidak lepas dari beberapa faktor positif yang terjadi pekan ini. 

Faktor pertama tentunya dari global di mana sentimen positif masih membuat optimis pelaku pasar dari masih berjalannya proses Brexit dan meredanya perang dagang AS-China sejak Senin-Jumat. 

Faktor kedua adalah seiring sejalannya pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengeluarkan kebijakan, yaitu kebijakan suku bunga yang dinaikkan 0,25% menjadi 6% dari sebelunmnya 5,75%. 

Kenaikan suku bunga acuan tersebut diikuti oleh penerbitan paket kebijakan VXI, di mana salah satu poin yang diharapkan mampu memperbaiki deifist neraca berjalan (CAD) adalah dana hasil ekspor (DHE) diewajibkan dimasukkan ke bank di dalam negeri. 

Selain itu, faktor ketiga adalah masuknya aliran dan asing di pasar saham sepanjang pekan ini turut mendukung nilai tukar rupiah. 

Di pasar saham, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) Rp 3 triliun di pasar reguler dan Rp 3,38 triliun di seluruh pasar (termasuk pasar negosiasi).  

Di pasar obligasi, sayangnya investor asing masih mencatatkan arus dana keluar sebesar Rp 870 miliar menjadi Rp 881,02 triliun (37,21% dari total beredar) sehingga porsi kepemilikannya turun tipis dari 37,22% pada akhir pekan lalu, di tengah penguatan tipis harga di pasar. 

Rupiah masih mampu menguat meskipun neraca pembayaran yang memburuk diumumkan pada akhir pekan lalu dan data neraca perdagangan dengan hasil serupa yang diumumkan Kamis. 

Defisit neraca dagang periode Oktober 2018 dibukukan US$ 1,82 miliar, jauh lebih dalam dari konsensus yang sebesar US$ 62,5 juta.  

Defisit perdagangan Oktober menjadi yang terdalam sejak Juli 2017.

Kala itu, defisit neraca dagang adalah sebesar US$ 2,01 miliar.
 

Rupiah Terkuat Sejak Awal Bulan
Meskipun pekan ini rupiah menempati posisi ketujuh di Asia terhadap dolar AS, tetapi berdasarkan periode sebulan terakhir (month to date/MTD), mata uang garuda masih menjadi yang terkuat di Asia dan bahkan dunia.


Sumber: Refinitiv
 Posisi mata uang Indonesia tersebut unggul di atas rupee, won, peso, dolar Singapura, bahkan euro dan poundsterling.   

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Dolar Tembus Rp 14.410, Ini Situasi Money Changer di Jakarta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular