
Pasar Uang Tertekan, Pasar Saham Asia Ditutup Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 November 2018 18:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona hijau: indeks Shanghai naik 0,41%, indeks Hang Seng naik 0,31%, indeks Strait Times naik 0,95%, dan indeks Kospi naik 0,21%.
Pasar saham Asia menguat kala pasar uangnya tertekan. Hingga sore hari, yuan melemah 0,18% melawan dolar AS di pasar spot, sementara dolar Hong Kong, dolar Singapura, dan won melemah masing-masing sebesar 0,03%, 0,12%, dan 0,43%.
Dolar AS lebih menjadi pilihan investor lantaran persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve pada penghujung tahun yang kian besar. Hal ini terjadi pasca rilis data pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Oktober 2018 di AS yang sebesar 0,8% MoM, mengalahkan konsensus yang sebesar 0,6% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 15 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25bps bulan Desember adalah sebesar 72,3%, lebih tinggi dari posisi 1 minggu lalu yang sebesar 71,1%.
Selain itu, perkembangan mengenai perang dagang AS-China yang cukup mengkhawatirkan juga membuat dolar AS lebih dipilih investor. Financial Times sempat menyebut bahwa Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer telah bertemu dengan para pengusaha dan berjanji untuk menunda pengenaan bea masuk baru kepada China untuk sementara.
Namun, kantor Perwakilan Dagang AS kemudian mengeluarkan pernyataan yang menyanggah kabar tersebut.
"Tidak ada kehadiran beliau di hadapan para pengusaha dan menyatakan bahwa pengenaan bea masuk ditunda. Kerangka bea masuk masih sesuai dengan rencana. Laporan yang menyebutkan sebaliknya adalah tidak benar," tegas pernyataan tersebut.
Bursa saham Asia bisa membukukan penguatan lantaran rilis data ekonomi di kawasan regional yang positif. Kemarin (15/11/2018), realisasi investasi riil asing di China hingga Oktober 2018 diumumkan tumbuh sebesar 3,3% YoY, mengalahkan capaian periode sebelumnya yang sebesar 2,9% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
Kemudian pada hari ini, ekspor non-minyak Singapura periode Oktober 2018 diumumkan tumbuh sebesar 8,3% YoY, jauh mengalahkan konsensus yang sebesar 1% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Pasar saham Asia menguat kala pasar uangnya tertekan. Hingga sore hari, yuan melemah 0,18% melawan dolar AS di pasar spot, sementara dolar Hong Kong, dolar Singapura, dan won melemah masing-masing sebesar 0,03%, 0,12%, dan 0,43%.
Dolar AS lebih menjadi pilihan investor lantaran persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve pada penghujung tahun yang kian besar. Hal ini terjadi pasca rilis data pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Oktober 2018 di AS yang sebesar 0,8% MoM, mengalahkan konsensus yang sebesar 0,6% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory.
Selain itu, perkembangan mengenai perang dagang AS-China yang cukup mengkhawatirkan juga membuat dolar AS lebih dipilih investor. Financial Times sempat menyebut bahwa Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer telah bertemu dengan para pengusaha dan berjanji untuk menunda pengenaan bea masuk baru kepada China untuk sementara.
Namun, kantor Perwakilan Dagang AS kemudian mengeluarkan pernyataan yang menyanggah kabar tersebut.
"Tidak ada kehadiran beliau di hadapan para pengusaha dan menyatakan bahwa pengenaan bea masuk ditunda. Kerangka bea masuk masih sesuai dengan rencana. Laporan yang menyebutkan sebaliknya adalah tidak benar," tegas pernyataan tersebut.
Bursa saham Asia bisa membukukan penguatan lantaran rilis data ekonomi di kawasan regional yang positif. Kemarin (15/11/2018), realisasi investasi riil asing di China hingga Oktober 2018 diumumkan tumbuh sebesar 3,3% YoY, mengalahkan capaian periode sebelumnya yang sebesar 2,9% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
Kemudian pada hari ini, ekspor non-minyak Singapura periode Oktober 2018 diumumkan tumbuh sebesar 8,3% YoY, jauh mengalahkan konsensus yang sebesar 1% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular