
Makin Perkasa, Rupiah Sentuh Titik Terkuat Dalam 3 Bulan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 November 2018 14:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah hampir pasti menutup hari dengan membukukan apresiasi. Pada pukul 14:00 WIB, rupiah menguat sebesar 0,85% di pasar spot ke level Rp 14.550/dolar AS. Rupiah bahkan sempat menyentuh level Rp 14.530/dolar AS pada pukul 13:30 WIB, dimana ini merupakan posisi terkuat sejak 10 Agustus 2018 lalu atau lebih dari 3 bulan.
Jika dibandingkan dengan posisi pada tengah hari yang sebesar Rp 14.565/dolar AS, posisi rupiah pada pukul 14:00 WIB adalah lebih kuat.
Terpelesetnya indeks dolar AS memberikan momentum tambahan bagi mata uang Garuda. Pada pukul 14:00 WIB, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan dolar AS terhadap mata uang utama dunia lainnya terkoreksi tipis sebesar 0,05%. Sepanjang hari ini, indeks dolar AS cenderung diperdagangkan menguat.
Poundsterling yang berhasil membalikkan keadaan membuat posisi dolar AS menjadi goyah. Hingga berita ini diturunkan, pound menguat sebesar 0,27% melawan dolar AS. Kemarin, pound anjlok hingga 1,69%.
Perkembangan di Inggris yang tak kondusif membuat pelaku pasar melepas pound secara besar-besaran kemarin. Sehari pasca Perdana Menteri Inggris Theresa May berhasil mengamankan dukungan dari kabinetnya terkait dengan draf perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit), Menteri Urusan Brexit Dominic Raab mengundurkan diri dari posisinya.
Dalam suratnya kepada May, Raab mengatakan bahwa dirinya tak dapat menerima draf Brexit setelah semua hal yang telah dijanjikan oleh Partai Konservatif dalam pemilihan umum pada tahun lalu.
Dari dalam negeri, bensin bagi penguatan rupiah masih datang dari keputusan Bank Indonesia (BI) yang kemarin secara mengejutkan mengerek suku bunga acuan sebesar 25bps ke level 6%.
Walaupun hanya sebesar 25 bps, keputusan BI tersebut tak diantisipasi oleh pelaku pasar sebelumnya. Konsensus yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 5,75%.
Akibatnya, pelaku pasar hingga kini masih melakukan price-in atas kejutan dari bank sentral tersebut.
Kemudian, ada ekspektasi bahwa pasokan dolar AS akan membludak seiring dengan pengaturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) melalui Special Deposit Account (SDA). Kebijakan ini disampaikan pada pagi tadi dan menjadi bagian dalam paket kebijakan ekonomi jilid 16.
SDA sendiri merupakan sebuah rekening deposito khusus yang dibuka untuk menampung DHE. Nantinya, akan ada insentif berupa pemotongan pajak bunga deposito bagi para eksportir yang menyimpan dananya dalam SDA. Jika DHE dikonversi ke rupiah, insentif yang diterima akan menjadi lebih besar.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan bahwa DHE yang terkait sumber daya alam yakni pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan diwajibkan untuk ditempatkan di tanah air.
Ketika pasokan dolar AS membludak, tentu harganya akan turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Jika dibandingkan dengan posisi pada tengah hari yang sebesar Rp 14.565/dolar AS, posisi rupiah pada pukul 14:00 WIB adalah lebih kuat.
Terpelesetnya indeks dolar AS memberikan momentum tambahan bagi mata uang Garuda. Pada pukul 14:00 WIB, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan dolar AS terhadap mata uang utama dunia lainnya terkoreksi tipis sebesar 0,05%. Sepanjang hari ini, indeks dolar AS cenderung diperdagangkan menguat.
Perkembangan di Inggris yang tak kondusif membuat pelaku pasar melepas pound secara besar-besaran kemarin. Sehari pasca Perdana Menteri Inggris Theresa May berhasil mengamankan dukungan dari kabinetnya terkait dengan draf perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit), Menteri Urusan Brexit Dominic Raab mengundurkan diri dari posisinya.
Dalam suratnya kepada May, Raab mengatakan bahwa dirinya tak dapat menerima draf Brexit setelah semua hal yang telah dijanjikan oleh Partai Konservatif dalam pemilihan umum pada tahun lalu.
Dari dalam negeri, bensin bagi penguatan rupiah masih datang dari keputusan Bank Indonesia (BI) yang kemarin secara mengejutkan mengerek suku bunga acuan sebesar 25bps ke level 6%.
Walaupun hanya sebesar 25 bps, keputusan BI tersebut tak diantisipasi oleh pelaku pasar sebelumnya. Konsensus yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 5,75%.
Akibatnya, pelaku pasar hingga kini masih melakukan price-in atas kejutan dari bank sentral tersebut.
Kemudian, ada ekspektasi bahwa pasokan dolar AS akan membludak seiring dengan pengaturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) melalui Special Deposit Account (SDA). Kebijakan ini disampaikan pada pagi tadi dan menjadi bagian dalam paket kebijakan ekonomi jilid 16.
SDA sendiri merupakan sebuah rekening deposito khusus yang dibuka untuk menampung DHE. Nantinya, akan ada insentif berupa pemotongan pajak bunga deposito bagi para eksportir yang menyimpan dananya dalam SDA. Jika DHE dikonversi ke rupiah, insentif yang diterima akan menjadi lebih besar.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan bahwa DHE yang terkait sumber daya alam yakni pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan diwajibkan untuk ditempatkan di tanah air.
Ketika pasokan dolar AS membludak, tentu harganya akan turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular