
Paket Kebijakan Pemerintah Dorong Penguatan Harga Obligasi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
16 November 2018 11:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat pada awal perdagangan hari ini, bertepatan dengan dirilisnya paket kebijakan XVI oleh pemerintah serta sentimen global terhadap masih berjalannya aksi Brexit Inggris.
Naiknya harga surat berharga negara (SBN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain, di mana penguatan dibukukan pasar obligasi China dan Rusia.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga SBN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri FR0075 bertenor 20 tahun dengan penurunan yield sebesar 4,7 basis poin (bps) menjadi 8,46%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga menguat yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun dengan yield yang turun 4 bps, 2 bps, dan 0,9 bps menjadi 8%, 8,09%, dan 8,34%.
Yield Obligasi Negara Acuan 16 Nov 2018
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 498 bps, menyempit dari posisi kemarin 500 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik tipis hingga 3,108% dari posisi kemarin 3,107%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 882,45 triliun SBN, atau 37,25% dari total beredar Rp 2.369 triliun berdasarkan data per 13 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 18,13 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang akibat sentimen positif dari pengumuman paket kebijakan seri XVI oleh pemerintah pagi ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,55% dan menembus level psikologis 6.000 menjadi 6.047 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,55% menjadi Rp 14.595 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS tidak seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,07% menjadi 96,992.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan masih dialami pasar efek utang pemerintah China dan Rusia, sedangkan negara berkembang lain masih stagnan.
Pasar obligasi pemerintah negara maju masih menunjukkan penguatan harga yang dialami Inggris, Perancis, dan Jepang, sedangkan koreksi masih terjadi di pasar Amerika Serikat dan Jerman.
Yield Obligasi 10 Tahun Negara Berkembang dan Negara Maju
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Naiknya harga surat berharga negara (SBN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain, di mana penguatan dibukukan pasar obligasi China dan Rusia.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga SBN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri FR0075 bertenor 20 tahun dengan penurunan yield sebesar 4,7 basis poin (bps) menjadi 8,46%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga menguat yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun dengan yield yang turun 4 bps, 2 bps, dan 0,9 bps menjadi 8%, 8,09%, dan 8,34%.
Yield Obligasi Negara Acuan 16 Nov 2018
Seri | Benchmark | Yield 15 Nov 2018 (%) | Yield 16 Nov 2018 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 15 Nov'18 |
FR0063 | 5 tahun | 8.051 | 8.005 | -4.60 | 7.94 |
FR0064 | 10 tahun | 8.111 | 8.09 | -2.10 | 8.08 |
FR0065 | 15 tahun | 8.358 | 8.349 | -0.90 | 8.32 |
FR0075 | 20 tahun | 8.514 | 8.467 | -4.70 | 8.45 |
Avg movement | -3.07 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 498 bps, menyempit dari posisi kemarin 500 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik tipis hingga 3,108% dari posisi kemarin 3,107%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 882,45 triliun SBN, atau 37,25% dari total beredar Rp 2.369 triliun berdasarkan data per 13 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 18,13 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang akibat sentimen positif dari pengumuman paket kebijakan seri XVI oleh pemerintah pagi ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,55% dan menembus level psikologis 6.000 menjadi 6.047 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,55% menjadi Rp 14.595 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS tidak seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,07% menjadi 96,992.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan masih dialami pasar efek utang pemerintah China dan Rusia, sedangkan negara berkembang lain masih stagnan.
Pasar obligasi pemerintah negara maju masih menunjukkan penguatan harga yang dialami Inggris, Perancis, dan Jepang, sedangkan koreksi masih terjadi di pasar Amerika Serikat dan Jerman.
Yield Obligasi 10 Tahun Negara Berkembang dan Negara Maju
Negara | Yield 15 Nov 2018 (%) | Yield 16 Nov 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 10.45 | 10.45 | 0.00 |
China | 3.427 | 3.405 | -2.20 |
Jerman | 0.358 | 0.371 | 1.30 |
Perancis | 0.75 | 0.749 | -0.10 |
Inggris | 1.37 | 1.357 | -1.30 |
India | 7.756 | 7.756 | 0.00 |
Italia | 3.49 | 3.497 | 0.70 |
Jepang | 0.109 | 0.104 | -0.50 |
Malaysia | 4.161 | 4.161 | 0.00 |
Filipina | 7.438 | 7.438 | 0.00 |
Rusia | 8.65 | 8.64 | -1.00 |
Singapura | 2.452 | 2.452 | 0.00 |
Turki | 16.01 | 16.01 | 0.00 |
Amerika Serikat | 3.107 | 3.108 | 0.10 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular