Harga Obligasi Kokoh Menguat Meski Diterpa Badai Brexit

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
15 November 2018 20:02
Seri acuan yang paling menguat Seri FR0065 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 5,4 basis poin (bps) menjadi 8,35%.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah bertahan ditutup menguat pasca pengumuman neraca perdagangan dan kenaikan suku bunga.  

Naik harga surat berharga negara (SBN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain serta negara maju ketika beberapa menteri di Inggris mundur di tengah ketegangan Brexit.  

Data Refinitiv menunjukkanmenguatnya harga SBN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang paling menguat adalah Seri FR0065 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 5,4 basis poin (bps) menjadi 8,35%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri acuan lain yang menguat adalah seri 10 tahun dan 20 tahun dengan penurunan yield 3 bps dan 5 bps menjadi 8,11% dan 8,51%.

 Yield Obligasi Negara Acuan 15 Nov 2018
SeriBenchmarkYield 14 Nov 2018 (%) Yield 15 Nov 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 15 Nov'18
FR0063 5 tahun8.0478.0510.407.94
FR0064 10 tahun8.1428.111-3.108.08
FR0065 15 tahun8.4128.358-5.408.32
FR0075 20 tahun8.5658.514-5.108.45
Avg movement-3.30
Sumber: Refinitiv 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  

Indeks tersebut naik 0,1 poin (0,04%) menjadi 232,1 dari posisi kemarin 232. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 500 bps, menyempit dari posisi kemarin 501 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 3,1% dari posisi kemarin 3,13%. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 882,45 triliun SBN, atau 37,25% dari total beredar Rp 2.369 triliun berdasarkan data per 13 November.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 18,13 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,66% menjadi 5.955 hingga sore ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,74% menjadi Rp 14.675 di hadapan tiap dolar AS. 

Penguatan dolar AS tidak seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,36% menjadi 97,156. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami hampir seluruh pasar obligasi negara berkembang dan negara maju. 

Pasar obligasi pemerintah Brasil, China, Filipina, Rusia, Singapura, serta Indonesia kompak menguat sehingga mengindikasikan investor global sedang berburu risiko dan yield di pasar obligasi karena pasar obligasi negara berkembang seperti Jepang dan AS juga menguat. 

Penguatan terjadi ketika mundurnya beberapa menteri di pemerintahan Inggris di tengah drama Brexit.
 
Yield Obligasi 10 Tahun Negara Berkembang dan Acuan
NegaraYield 15 Nov 2018 (%) Yield 15 Nov 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil10.5410.45-9.00
China3.4573.427-3.00
India7.7367.7562.00
Italia3.4953.49-0.50
Jepang0.110.109-0.10
Malaysia4.164.1610.10
Filipina7.4597.438-2.10
Rusia8.898.65-24.00
Singapura2.4762.452-2.40
Turki16.5616.01-55.00
Amerika Serikat3.1323.107-2.50
Sumber: Refinitiv 

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular