
Kenapa Rupiah Hanya Menguat Tipis? Simak Penjelasan BI Ini
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
14 November 2018 18:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), meski pelemahannya menipis di akhir perdagangan.
Pada Rabu (14/11/2018) pukul 16:00 WIB, US$1 ditutup pada Rp 14.785 di pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Apa penyebab penguatan rupiah hanya tipis saja?
"Secara umum rupiah bergerak cukup dinamis sejalan dengan transaksi di antara bank yang cukup aktif dan likuid," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Rabu (14/11/2018).
Menurut Nanang, pasar merespons positif penurunan tajam harga minyak mentah. Hal ini terjadi di tengah menguatnya optimisme antara AS dan China. "Ini menyusul rencana pertemuan pejabat AS dan China di berbagai level menjelang pertemuan antara Presiden [AS] Trump dengan Presiden Xi Jinping akhir bulan ini," tutur Nanang.
Sayangnya, Nanang mengatakan penguatan rupiah tertahan oleh kembali menguatnya index DXY seiring pelemahan mata uang Euro dan Poundsterling setelah rilis data PDB kuartal III-2018 Jerman.
"Rilis PDB Jerman melambat dari 2,3% ke 1,1% di bawah ekspektasi 1,2%, serta wait and see menjelang pertemuan kabinet UK untuk memperoleh persetujuan Brexit," kata Nanang.
"BI tetap memonitor dan mewaspdai dinamika global yang cepat berubah, dan memastikan terjaganya kepercayaan terhadap rupiah, serta tetap mendorong meningkatkan likuiditas dan bekerjanya mekanisme pasar yang efisien baik di pasar spot maupun pasar DNDF," tutup Nanang.
(dru) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Pada Rabu (14/11/2018) pukul 16:00 WIB, US$1 ditutup pada Rp 14.785 di pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Apa penyebab penguatan rupiah hanya tipis saja?
"Secara umum rupiah bergerak cukup dinamis sejalan dengan transaksi di antara bank yang cukup aktif dan likuid," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Rabu (14/11/2018).
![]() |
Sayangnya, Nanang mengatakan penguatan rupiah tertahan oleh kembali menguatnya index DXY seiring pelemahan mata uang Euro dan Poundsterling setelah rilis data PDB kuartal III-2018 Jerman.
"Rilis PDB Jerman melambat dari 2,3% ke 1,1% di bawah ekspektasi 1,2%, serta wait and see menjelang pertemuan kabinet UK untuk memperoleh persetujuan Brexit," kata Nanang.
"BI tetap memonitor dan mewaspdai dinamika global yang cepat berubah, dan memastikan terjaganya kepercayaan terhadap rupiah, serta tetap mendorong meningkatkan likuiditas dan bekerjanya mekanisme pasar yang efisien baik di pasar spot maupun pasar DNDF," tutup Nanang.
(dru) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Most Popular