Tekanan Terhadap Rupiah Reda, Pasar Obligasi Menguat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
14 November 2018 11:16
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat pada perdagangan hari ini setelah meredanya ketegangan Eropa dan melemahnya dolar Amerika Serikat. 

Merujuk data Refinitiv, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan paling menguat adalah FR0075 yang bertenor 20 tahun, dengan penurunan yield 6 basis poin (bps) menjadi 8,59%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Seri acuan lain juga menguat yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun yang mengalami penurunan yield sebesar 2 bps, 6 bps, dan 5 bps menjadi 8,07%, 8,16%, dan 8,43%.   

Yield Obligasi Negara Acuan 14 Nov 2018            
SeriBenchmarkYield 13 Nov 2018 (%) Yield 14 Nov 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield Wajar IBPA 13 Nov 2018 (%)
FR00635 tahun8.1048.077-2.708.02
FR006410 tahun8.2258.164-6.108.12
FR006515 tahun8.4948.437-5.708.37
FR007520 tahun8.6558.593-6.208.61
Avg movement-5.178.935
Sumber: Refinitiv 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 501 bps, menyempit dari posisi kemarin 506 bps. 

Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,14% dari posisi kemarin 3,15%. Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 878,7 triliun SBN, atau 37,09% dari total beredar Rp 2.369 triiliun berdasarkan data per 8 November.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 14,38 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama. 

Saat ini, hawa positif serempak menghijaukan pasar investasi domestik dan regional serta global. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,96% menjadi 5.891 hingga siang ini. Nilai tukar rupiah juga menguat 0,41% menjadi Rp 14.745 di hadapan dolar AS.

Pelemahan dolar AS itu seiring dengan posisinya di depan mata uang negara lain yang melemah 0,25% menjajdi 97,05. 

Penguatan di pasar Indonesia tidak terjadi dengan pasar obligasi negara berkembang lain yang justru melemah. 

Pelemahan dialami pasar obligasi pemerintah Brasil, Malaysia, dan Rusia. 

Dengan kondisi tersebut, dana dari pasar obligasi negara berkembang yang melemah itu diindikasikan masuk ke pasar obligasi negara berkembang yang menguat seperti India, Singapura, dan tentunya Indonesia. 

Yield Obligasi 10 Tahun Negara Berkembang dan Acuan
NegaraYield 13 Nov 2018 (%)Yield 14 Nov 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil10.4610.614
China3.5023.473-2.9
India7.767.714-4.6
Italia3.4853.454-3.1
Jepang0.1150.106-0.9
Malaysia4.1574.1580.1
Filipina7.477.470
Rusia9.019.032
Singapura2.4952.484-1.1
Turki16.4416.6117
Amerika Serikat3.1653.149-1.6
 Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular