Kala CAD Merenggut Keperkasaan Rupiah

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
13 November 2018 12:32
Kala CAD Merenggut Keperkasaan Rupiah
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia Defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) sepertinya masih jadi momok menakutkan bagi pergerakan kurs rupiah terhadap mata uang global, khususnya dolar Amerika Serikat (AS).  

Kondisi ini bisa kita lihat dari pergerakan rupiah sebelum dan sesudah diumumkannya CAD tersebut. 

 

Sebelum diumumkannya CAD pada awal pekan lalu, kurs rupiah menguat tajam hingga 2,78% ke level Rp 14.535/US$.  Namun, saat memasuki hari Jumat (9/11/2018) yaitu pengumumkan CAD kuartal III-2018, seketika kurs rupiah terkena sentimen negatif dan melemah hingga 1% ke level Rp 14.680/US$.   Dampak ini terus berlanjut pada dua hari ini. kurs rupiah melemah hingga 1,53% dan kembali menembus level Rp 14.900/US$.

Imbas buruk dari pengumuman CAD begitu terasa. Seperti yang diketahui, ketika CAD terjadi maka diartikan aliran valas yang keluar jauh lebih tinggi dibandingkan yang ada di dalam negeri.  

Saat valas yang ada semakin terbatas, besar kemungkinan pasar terpengaruh sehingga ikut memborong dolar AS dalam negeri. Akibatnya, ketersediaannya semakin terbatas dan mendorong pelemahan rupiah. 

Berbagai terobosan mulai dari pengurangan impor hingga penerapan B-20, dilakukan untuk memperbaiki kondisi transaksi berjalan. Hasil dari terobosan ini diperkirakan mulai membuahkan hasil di kuartal IV-2018. Riset yang dikeluarkan UOB memperkirakan, CAD diperkirakan turun ke level US$ 7,3 miliar dari sebelumnya US$ 8,8 miliar di kuartal III-2018.  

Penurunan CAD tentu jadi berita baik karena aliran valas yang keluar semakin kecil, sehingga tidak menimbulkan kepanikan di pasar keuangan. Di sisi lain, hal ini dapat memberikan imbas positif bagi kurs rupiah karena ketersediaan valas yang lebih stabil dari sebelumnya.

NEXT





Sejauh ini pemerintah belum lagi mengeluarkan jurus baru dalam mengendalikan CAD. Hal yang akan dilakukan adalah mengoptimalkan berbagai kebijakan yang ada. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menyatakan, ada yang dilakukan pemerintah sudah on the right track.
 
Suahasil tak memungkiri, ada dua persoalan yang membuat defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 membengkak. Pertama, dari akselerasi impor yang membengkak. Kedua, yaitu pengetatan likuiditas global. Kedua kondisi ini yang menjadikan CAD di kuartal III-2018 menembus level 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Implementasi berbagai terobosan yang dilakukan pemerintah, diharapkan membuahkan hasil pada kuartal selanjutnya.
 
"B20 kami kasih signal, dan semoga itu impornya di bulan Oktober. Memang September belum ada efek terlalu besar, tapi saya yakin kalau itu konsisten, Oktober, November, Desember, defisit migasnya kecil," ungkap Suahasil.
 
Kepercayaan diri yang diperlihatkan oleh pemerintah, jadi modal kuat untuk memperbaiki defisit yang ada. Namun tidak ada salahnya pemerintah juga menggejot alternatif lain, misalnya meningkatkan sektor pariwisata.
 
Sektor ini merupakan salah satu penyebab mengapa transaksi berjalan di Thailand surplus. Per kuartal II-2018, transaksi berjalan Negeri Gajah Putih surplus 8,051%. Sejak kuartal II-2013, Thailand tidak lagi mengalami CAD
 
 
Lantas apa keberhasilannya? Menggejot sektor pariwisata. Hal ini sesuai yang dijelaskan ekonom Bank Permata Josua Pardede.
 
"Thailand itu hanya mengandalkan pariwisata saja, current account bisa surplus. Karakter kita memang sama seperti India dan Filipina, tapi Thailand bisa jadi contoh," kata Josua kepada CNBC Indonesia, Jumat (27/7/2018).
 
Dengan modal keindahan alam yang ada, Indonesia sudah seharusnya memanfaatkannya untuk memperbaiki kondisi transaksi berjalan.
 
Ada beberapa destinasi terkenal yang bisa jadi brand dalam mengangkat sektor pariwisata Indonesia, sebut saja Mandalika di Nusa Tenggara Barat (NTB), Danau Toba (Sumatera Utara) hingga Wakatobi (Irian Jaya)
 
Terlebih pemerintah pun telah memberikan insentif berupa bebas visa bagi turis. Setidaknya sudah ada 90 negara yang dibebaskan dari visa saat mengunjungi Indonesia. Modal ini harus lebih dioptimalkan dalam mendongkrak kedatangan wisatawan.
 
Per September 2018, jumlah turis asing yang datang ke Indonesia mencapai 1,35 juta kunjungan atau turun dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar 1,39 juta. Berdasarkan data ini, sudah seharusnya pemerintah juga lebih memfokuskan perbaikan di sektor ini agar mampu menambal defisit yang selama ini terjadi.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(alf/dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular