
Meski Dibantu China, Tapi Rupiah Masih Terlemah di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 November 2018 11:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang masih melemah. Namun depresiasi rupiah semakin menipis meski masih menjadi mata uang terlemah di Asia.
Pada Selasa (13/11/2018), US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.880. Rupiah melemah 0,47% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Pelemahan ini berkurang lumayan drastis, karena sebelumnya depresiasi rupiah sempat mencapai minus 0,81%.
Sepertinya investor global mulai berani mengambil risiko, tidak lagi bermain aman. Pasalnya, ada angin segar berembus dari China, perekonomian terbesar di Asia.
Dalam KTT ASEAN di Singapura, Perdana Menteri China Li Keqiang menegaskan Negeri Tirai Bambu bersedia untuk berdiskusi dengan negara-negara Asia Tenggara mengenai isu perbatasan Laut China Selatan. Pedoman (code of conduct) mengenai Laut China Selatan diharapkan selesai dalam 3 tahun.
Tidak hanya itu, PM Li juga menargetkan perundingan pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) akan rampung tahun depan. Dengan penyelesaian isu Laut China Selatan plus kelahiran RCEP, maka arus perdagangan ASEAN-China diharapkan semakin lancar. Indonesia pun akan menikmati berkahnya, karena bisa meningkatkan kinerja ekspor.
"Kami tidak mencari hegemoni atau ekspansi. Kami akan terus melakukan reformasi karena tidak ada pemenang dalam perang dagang," katanya, mengutip Reuters.
Pernyataan Li menjadi pendorong risk appetite investor untuk masuk ke pasar keuangan Asia. Hasilnya adalah semakin banyak mata uang Benua Kuning yang mampu menguat di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 11:06 WIB:
Pada Selasa (13/11/2018), US$ 1 di pasar spot dihargai Rp 14.880. Rupiah melemah 0,47% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Pelemahan ini berkurang lumayan drastis, karena sebelumnya depresiasi rupiah sempat mencapai minus 0,81%.
Sepertinya investor global mulai berani mengambil risiko, tidak lagi bermain aman. Pasalnya, ada angin segar berembus dari China, perekonomian terbesar di Asia.
Tidak hanya itu, PM Li juga menargetkan perundingan pembentukan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) akan rampung tahun depan. Dengan penyelesaian isu Laut China Selatan plus kelahiran RCEP, maka arus perdagangan ASEAN-China diharapkan semakin lancar. Indonesia pun akan menikmati berkahnya, karena bisa meningkatkan kinerja ekspor.
"Kami tidak mencari hegemoni atau ekspansi. Kami akan terus melakukan reformasi karena tidak ada pemenang dalam perang dagang," katanya, mengutip Reuters.
Pernyataan Li menjadi pendorong risk appetite investor untuk masuk ke pasar keuangan Asia. Hasilnya adalah semakin banyak mata uang Benua Kuning yang mampu menguat di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 11:06 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Dolar AS Kena Profit Taking
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular