
Riset UOB: CAD di Kuartal IV-2018 Capai US$ 7,3 Miliar
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
13 November 2018 10:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) Indonesia yang melebar di kuartal III-2018, diperkirakan akan membaik di kuartal berikutnya. Demikian hasil riset Bank UOB yang diterima oleh CNBC Indonesia pada Selasa (13/11/2018).
Pada riset tersebut, Bank UOB memproyeksi CAD di kuartal IV-2018 sebesar 2,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau lebih rendah dibandingkan CAD kuartal III-2018 yang mencapai 3,37% dari PDB.
Berbagai kebijakan pemerintah dalam meminimalisir CAD seperti pengurangan impor hingga penerapan B-20, diperkirakan mulai berdampak pada kuartal IV-2018. Di sisi lain, harga minyak global juga menunjukkan tren penurunan pada periode tersebut. Sejak akhir September hingga pukul 10:21 WIB saat ini, harga minyak telah terkoreksi hingga 16% ke level di bawah US$ 69,48/barel
Sebagai negara net importir minyak, penurunan harga komoditas ini tentu meringankan beban impor sehingga aliran valas yang keluar juga semakin kecil. Kondisi tersebut juga memicu ekspektasi jika neraca perdagangan migas di kuartal IV akan lebih baik. Sebagai informasi, neraca perdagangan migas pada kuartal III-2018 defisit hingga US$ 3,538 miliar atau tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Di sisi lain, defisit yang naik menjadikan komponen tersebut sebagai salah satu biang kerok membengkaknya CAD di kuartal III-2018. Jika defisit neraca tersebut membaik, besar kemungkinan angka CAD akan menurun.
Hal ini diperkuat oleh riset UOB, jika salah satu yang mendorong perbaikan CAD di kuartal IV-2018, adalah surplus neraca perdagangan barang. Pada periode tersebut, neraca perdagangan barang diperkirakan surplus US$ 2 miliar.
Kinerja ekspor tumbuh hingga mencapai US$ 48 miliar atau naik US$ 2,3 miliar dibandingkan kuartal III-2018. Sementara impor diperkirakan turun ke level US$ 46 miliar dari sebelumnya US$ 48,1 miliar.
Namun dari sisi neraca perdagangan jasa, pendapatan primer dan sekunder, diperkirakan defisit membengkak ke level US$ 9,3 miliar atau naik US$ 700 juta dibandingkan kuartal III.
Akumulasi dari variabel-variabel ini, menjadikan CAD di kuartal IV-2018 diperkirakan masih mengalami defisit US$ 7,3 miliar atau 2,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, angka tersebut masih lebih baik dibandingkan kuartal III yang mencapai US$ 8,8 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pada riset tersebut, Bank UOB memproyeksi CAD di kuartal IV-2018 sebesar 2,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau lebih rendah dibandingkan CAD kuartal III-2018 yang mencapai 3,37% dari PDB.
Berbagai kebijakan pemerintah dalam meminimalisir CAD seperti pengurangan impor hingga penerapan B-20, diperkirakan mulai berdampak pada kuartal IV-2018. Di sisi lain, harga minyak global juga menunjukkan tren penurunan pada periode tersebut. Sejak akhir September hingga pukul 10:21 WIB saat ini, harga minyak telah terkoreksi hingga 16% ke level di bawah US$ 69,48/barel
Sebagai negara net importir minyak, penurunan harga komoditas ini tentu meringankan beban impor sehingga aliran valas yang keluar juga semakin kecil. Kondisi tersebut juga memicu ekspektasi jika neraca perdagangan migas di kuartal IV akan lebih baik. Sebagai informasi, neraca perdagangan migas pada kuartal III-2018 defisit hingga US$ 3,538 miliar atau tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Di sisi lain, defisit yang naik menjadikan komponen tersebut sebagai salah satu biang kerok membengkaknya CAD di kuartal III-2018. Jika defisit neraca tersebut membaik, besar kemungkinan angka CAD akan menurun.
Hal ini diperkuat oleh riset UOB, jika salah satu yang mendorong perbaikan CAD di kuartal IV-2018, adalah surplus neraca perdagangan barang. Pada periode tersebut, neraca perdagangan barang diperkirakan surplus US$ 2 miliar.
Kinerja ekspor tumbuh hingga mencapai US$ 48 miliar atau naik US$ 2,3 miliar dibandingkan kuartal III-2018. Sementara impor diperkirakan turun ke level US$ 46 miliar dari sebelumnya US$ 48,1 miliar.
Namun dari sisi neraca perdagangan jasa, pendapatan primer dan sekunder, diperkirakan defisit membengkak ke level US$ 9,3 miliar atau naik US$ 700 juta dibandingkan kuartal III.
Akumulasi dari variabel-variabel ini, menjadikan CAD di kuartal IV-2018 diperkirakan masih mengalami defisit US$ 7,3 miliar atau 2,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, angka tersebut masih lebih baik dibandingkan kuartal III yang mencapai US$ 8,8 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/dru) Next Article Raden Pardede: Kalau CAD Terus Defisit itu Sinyal Buruk
Most Popular