Banjir Sentimen Positif, Obligasi Pemerintah Laris Manis

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
10 November 2018 18:27
Banjir Sentimen Positif, Obligasi Pemerintah Laris Manis
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia- Sepanjang pekan lalu, perdagangan obligasi pemerintah laris manis di pasar. Hal ini ditandai dengan menurunnya masing-masing yield obligasi, diakibatkan harga obligasi yang naik seiring tingginya permintaan. Aliran modal yang masuk seiring tingkat imbal hasil yang menarik, serta sentimen positif dari global dan domestik. 



Obligasi pemerintah tenor 5 tahun turun 0,276% atau 27 basis poin (bps) ke level 7,496%. Tenor 10 tahun turun 0,311% atau 31 bps ke level 8,077%. Tenor 15 tahun turun 0,295% atau 29,5 bps ke level 8,382%. Tenor 20 tahun turun 0,333% atau 33 bps ke level 8,781%. Tenor 25 Tahun turun 0,383% atau 38 bps ke level 8,781% dan tenor 30 tahun turun 0,36% atau 36 bps ke level 8,857%. 

Meningkatnya permintaan terhadap instrumen ini tidak lepas dari berita positif dari global dan domestik. Dari sisi global, meredanya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Tanda-tanda "rujuk" antar kedua negara, terlihat dari pernyataan penasehat ekonomi gedung putih Larry Kudlow. 

Kudlow mengatakan, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Xi Jinping akan bertemu pada sela-sela pertemuan G-20 di akhir bulan ini. Presiden Trump sendiri bahkan telah menghubungi Presiden Xi guna memuluskan perdamaian tersebut. 

"Diskusi dengan China sangat baik. Kami berdua semakin dekat untuk mencapai sesuatu. Saya rasa kami akan mencapai kesepakatan dengan China, dan itu akan adil untuk semua," kata Trump kepada jurnalis di Gedung Putih, dikutip dari Reuters.   

Kondisi adem ayem yang muncul ini, menjadi salah satu jalan aliran modal masuk ke pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia. Di sisi lain, hasil Pemilihan Umum (Pemilu) sela di AS juga memberikan imbas positif tersendiri.

Partai Republik sebagai pendukung pemerintah mampu mempertahankan dominasinya di Senat. Akan tetapi, Partai Demokrat kini punya suara mayoritas di House of Representative, setelah 2 tahun ini praktis tidak punya kekuatan.
 

Ketika partai oposisi naik berpotensi terjadinya kondisi gridlock (Partai Republik dan Partai Demokrat sama kuat) di Washington. Dikhawatirkan akan ada perubahan arah kebijakan pemerintahan Trump, karena Partai Demokrat sebagai oposisi sudah memiliki kekuatan.  

Kondisi politik di AS yang tidak menentu, jadi musuh utama bagi investor. Akibatnya, aliran modal pun memilih terbang sementara dari Negeri Paman Sam ke negara-negara yang menawarkan imbal hasil lebih menarik.

Dari dalam negeri, rilis data pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2018 cukup mengejutkan banyak pihak. Pasalnya rilis data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) justru melebihi ekspektasi pasar.
 
Data pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2018 sebesar 5,17% Year-on-Year (YoY). Angka ini memang lebih lambat dibandingkan kuartal II-2018 yaitu 5,27% YoY. Namun, rilis data ini melebihi ekspektasi pasar di kisaran 5,14% YoY. Bahkan angka tersebut juga melebihi pencapaian di kuartal II-2017 sebesar 5,06% YoY.
 
Keberhasilan pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5% patut diapresiasi. Terlebih dengan dinamika ekonomi global menimbulkan efek ketidakpastian. Kondisi ini pun juga mendorong investor berbondong-bondong masuk ke pasar keuangan Indonesia. Obligasi pemerintah pun mendapat berkahnya.
 
Wajar saja investor memburu instrumen tersebut. Dengan tingkat imbal hasil/yield yang tinggi bahkan di kawasan Asia, tidak ada alasan untuk mencari keuntungan setinggi mungkin
 
 
Ambil contoh tenor 10 tahun. Yield oblgasi pemerintah lebih tinggi jika dibandingkan India (7,765%), Vietnam (5,176%), Malaysia (4,113%) dan China (3,5%). Kondisi imbal hasil yang lebih tinggi semakin melapangkan aliran modal masuk ke Indonesia. Dampaknya ikut mendorong harga obligasi naik dan yield pun bergerak turun sepanjang pekan lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(alf/alf) Next Article Video: Perang Masih Panas, Bisnis Packaging Kertas Bersiap Antisipasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular