Neraca Pembayaran Tekor, Apa Jadinya Pasar Senin Nanti?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 November 2018 19:35
Neraca Pembayaran Tekor, Apa Jadinya Pasar Senin Nanti?
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Data yang dinanti sepanjang hari ini akhirnya dirilis, yaitu Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Hasilnya sejalan dengan ekspektasi, yaitu terjadi pemburukan. 

Bank Indonesia (BI) mencatat NPI kuartal III-2018 mengalami defisit US$ 4,39 miliar. Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yang juga minus US$ 4,31 miliar. Ini merupakan titik terendah sejak kuartal III-2015. 

 

NPI terdiri dari transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial. Pada kuartal II-2018, keduanya tekor. 

Transaksi berjalan, yang menggambarkan pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa, mengalami defisit US$ 8,85 miliar atau 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini merupakan defisit terdalam sejak kuartal II-2014. 

 

Sementara transaksi modal dan finansial, yang mencerminkan pasokan valas dari investasi di sektor riil dan pasar keuangan, defisit US$ 4,67 miliar. Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 3,44 miliar. 

Data NPI, terutama transaksi berjalan, menjadi perhatian utama pelaku pasar. Pasalnya, data ini mencerminkan pasokan devisa di dalam negeri. Jika defisit, berarti memang pasokan valas sedang seret sehingga wajar kalau rupiah melemah. 

Mengapa transaksi berjalan menjadi sangat penting? Sebab pos ini menjadi gambaran aliran valas yang lebih jangka panjang karena datang dari sektor perdagangan. Ketika transaksi berjalan defisit, fundamental ekonomi (khususnya nilai tukar) menjadi kurang kuat karena minim pasokan valas yang berkesinambungan alias sustain. 

Transaksi modal dan finansial yang defisit dapat dimaklumi karena sifatnya memang lebih fluktuatif. Dia akan tinggi saat aliran modal (terutama di pasar keuangan alias hot money) sedang deras.  

Namun saat ini hot money sedang tidak bisa diandalkan. Sebab arus modal tengah terpusat ke Amerika Serikat (AS), karena tren kenaikan suku bunga acuan. Ini tidak hanya dialami Indonesia, tetapi hampir seluruh negara di dunia. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dengan NPI (dan transaksi berjalan) yang defisit, bahkan lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya, maka artinya Indonesia sedang kekurangan valas. Ini tentu akan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan domestik. 

Oleh karena itu, meski dirilis setelah pasar tutup, ekspektasi terhadap data ini membuat pasar keuangan Indonesia melemah hari ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,72% dan rupiah melemah dalam 1% di hadapan dolar AS. 

Bagaimana dengan perdagangan Senin pekan depan? Apakah data ini masih akan menjadi hantu bagi pasar keuangan Indonesia? 

Kemungkinan begitu. Sebab ini adalah sentimen besar, dan kalau tidak ada yang menandingi (atau menutup) tentu akan menjadi perhatian pasar. 

Kecuali kalau ada sentimen besar di luar negeri yang terjadi akhir pekan ini. Misalnya kalau Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping memutuskan untuk mengakhiri perang dagang dan menghapus seluruh bea masuk yang diterapkan selama ini.  

Namun hal seperti itu butuh mukjizat untuk terjadi. Mukjizat tidak terjadi setiap hari, jadi sebaiknya tidak terlalu mengharapkan sentimen ini. 

Jadi sepertinya pasar keuangan Indonesia perlu bersiap-siap menghadapi periode sulit pada Senin mendatang. Semoga tidak terjadi...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular