
Penjelasan Lengkap Bos BI Kenapa Rupiah Bisa Jadi Raja Asia
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
09 November 2018 15:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam satu pekan terakhir nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat cukup stabil, dari level Rp 15.000/US$ menjadi Rp 14.500/US$. Bahkan dalam tiga hari terakhir, rupiah berhasil menjadi raja di Asia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengemukakan, penguatan terhadap nilai tukar rupiah dalam satu minggu terakhir tak lepas dari meredanya sentimen ekonomi global, serta data-data perekonomian domestik yang cukup menggembirakan.
Hal tersebut mengundang aliran modal asing, baik yang masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN) maupun pasar saham menggeliat. Ini yang menjadi salah satu alasan utama, penguatan nilai tukar rupiah cukup menggila.
Meski demikian, bank sentral masih menganggap pergerakan nilai tukar rupiah dalam satu minggu terakhir masih cukup wajar. Perry menilai, kondisi rupiah sudah mencerminkan mekanisme pasar, dan BI tidak perlu lagi repot-repot untuk melakukan stabilisasi.
Berikut penjelasan lengkap Perry Warjiyo terkait dengan penguatan nilai tukar rupiah sejak awal pekan ini ketika ditemui di Gedung BI, Jumat (9/11/2018) :
Nilai tukar sejak minggu lalu terus bergerarak menguat dan stabil. Beberapa faktor tentu saja dorong stabilitas dan juga penguatan nilai tukar rupiah baik itu di luar negeri atau dalam negeri.
Dari dalam negeri pertumbuhan ekonomi memang lebih baik dari yang diperkirakan dan juga confidece terhadap kebijakan ditempuh BI dan pemerintah termasuk juga mulai berlakunya dan beroperasinya DNDF. Pemantauan kami DNDF itu berkembang cukup baik, supply demandnya cukup berkembang, sehingga ini menambah kedalaman pasar keuangan dalam negeri. Volume kalau sejak dikeluarkan DNDF itu volumenya akumulasi US$ 115 juta dan supply demand-nya juga sangat seimbang dan membaik yang kita lihat memang mekanisme pasar.
Faktor lain tentu saja meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China, maupun beberapa faktor lain. Baik faktor global maupun faktor domestik yang mendorong nilai tukar rupiah menguat stabil Ini semuanya sekali lagi sesuai dengan mekanisme pasar.
Kalau saya bisa update aliran modal asing, kalau kita hitung bulan ini ke SBN itu Rp 14,4 triliun, sehingga kalau SBN year to date aliran modal asing Rp 42,6 triliun. Yang juga cukup baik adalah kembali masuknya aliran modal asing ke saham. Bulan ini aliran modal asing ke saham itu Rp 5,5 triliun. Kalau year to date masih negatif karena di awal periode ini banyak outflow dari kepemilikan asing. Bulan ini aliran modal asing ke SBN yang semakin besar dan juga masuk itu juga memberikan confidence dari investor global terhadap ekonomi Indonesia.
Kebijakan kami terhadap nilai tukar sesuai dengan mekanisme pasar. Kami sampaikan dari sisi perkembangan nilai tukar sesuai mekanisme pasar supply demand-nya sangat baik, kami terima kasih ke perbankan, korporasi, sejumlah pemodal asing pun transaksi di DNDF.
Pergerakan nilai tukar kebijakan sesuai dengan mekanisme pasar. Supply demand bagus. Kami tidak lihat ada keperluan untuk stabilisasi. Seperti itu.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengemukakan, penguatan terhadap nilai tukar rupiah dalam satu minggu terakhir tak lepas dari meredanya sentimen ekonomi global, serta data-data perekonomian domestik yang cukup menggembirakan.
Hal tersebut mengundang aliran modal asing, baik yang masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN) maupun pasar saham menggeliat. Ini yang menjadi salah satu alasan utama, penguatan nilai tukar rupiah cukup menggila.
![]() |
Meski demikian, bank sentral masih menganggap pergerakan nilai tukar rupiah dalam satu minggu terakhir masih cukup wajar. Perry menilai, kondisi rupiah sudah mencerminkan mekanisme pasar, dan BI tidak perlu lagi repot-repot untuk melakukan stabilisasi.
Nilai tukar sejak minggu lalu terus bergerarak menguat dan stabil. Beberapa faktor tentu saja dorong stabilitas dan juga penguatan nilai tukar rupiah baik itu di luar negeri atau dalam negeri.
Dari dalam negeri pertumbuhan ekonomi memang lebih baik dari yang diperkirakan dan juga confidece terhadap kebijakan ditempuh BI dan pemerintah termasuk juga mulai berlakunya dan beroperasinya DNDF. Pemantauan kami DNDF itu berkembang cukup baik, supply demandnya cukup berkembang, sehingga ini menambah kedalaman pasar keuangan dalam negeri. Volume kalau sejak dikeluarkan DNDF itu volumenya akumulasi US$ 115 juta dan supply demand-nya juga sangat seimbang dan membaik yang kita lihat memang mekanisme pasar.
Faktor lain tentu saja meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China, maupun beberapa faktor lain. Baik faktor global maupun faktor domestik yang mendorong nilai tukar rupiah menguat stabil Ini semuanya sekali lagi sesuai dengan mekanisme pasar.
Kalau saya bisa update aliran modal asing, kalau kita hitung bulan ini ke SBN itu Rp 14,4 triliun, sehingga kalau SBN year to date aliran modal asing Rp 42,6 triliun. Yang juga cukup baik adalah kembali masuknya aliran modal asing ke saham. Bulan ini aliran modal asing ke saham itu Rp 5,5 triliun. Kalau year to date masih negatif karena di awal periode ini banyak outflow dari kepemilikan asing. Bulan ini aliran modal asing ke SBN yang semakin besar dan juga masuk itu juga memberikan confidence dari investor global terhadap ekonomi Indonesia.
Kebijakan kami terhadap nilai tukar sesuai dengan mekanisme pasar. Kami sampaikan dari sisi perkembangan nilai tukar sesuai mekanisme pasar supply demand-nya sangat baik, kami terima kasih ke perbankan, korporasi, sejumlah pemodal asing pun transaksi di DNDF.
Pergerakan nilai tukar kebijakan sesuai dengan mekanisme pasar. Supply demand bagus. Kami tidak lihat ada keperluan untuk stabilisasi. Seperti itu.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular