
Pertemuan Trump dan Jinping Bakal Tentukan Nasib Rupiah
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
06 November 2018 14:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan menentukan arah pergerakan sejumah mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Hal tersebut dikemukakan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo, usai berbicara dalam sebuah seminar di Hotel Pullman. Pertemuan kedua pimpinan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu, menjadi yang paling ditunggu.
"Semua berharap positif terhadap pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping untuk memberikan paling tidak solusi yang positif," kata Dody, Selasa (6/11/2018).
"Sehingga, dampaknya juga positif kepada emerging currency, rupiah pun mengalami penguatan. [pertemuan Trump dan XI Jinping] salah satu yang ditunggu pasar," katanya.
Selain angin segar dari kondisi perekonomian global, Dody tak memungkiri, penguatan rupiah yang nyaris 1% pada hari ini juga dipengaruhi data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2018 yang melebihi ekspektasi pasar.
Berdasarkan data otoritas statistik, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2018 berada di 5,17%. Meskipun melambat dibandingkan kuartal lalu, namun realisasi tersebut secara year-on-year (yoy) merupakan yang tertinggi sejak 2014 silam.
"Jadi artinya ekonomi kita masih tumbuh, data kredit financing juga sudah mulai terlihat meningkat. Artinya, roda ekonomi bergerak," jelasnya.
BI menegaskan, akan menjaga nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan melakukan berbagai langkah kombinasi. Baik itu melalui kenaikan bunga acuan, intervensi, sampai dengan depresiasi secara gradual.
"Stabilisasi rupiah terus kami lakukan, tentunya dalam beberapa hal kombinasi. Kami memainkan suku bunga, intervensi, dan nilai tukar itu sendiri di depresiasikan secara gradual," katanya.
Sebagai informasi, pada Selasa (6/11/2018) pukul 13:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.830 di pasar spot. Rupiah menguat 0,97% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Hal tersebut dikemukakan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo, usai berbicara dalam sebuah seminar di Hotel Pullman. Pertemuan kedua pimpinan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu, menjadi yang paling ditunggu.
"Semua berharap positif terhadap pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping untuk memberikan paling tidak solusi yang positif," kata Dody, Selasa (6/11/2018).
![]() |
"Sehingga, dampaknya juga positif kepada emerging currency, rupiah pun mengalami penguatan. [pertemuan Trump dan XI Jinping] salah satu yang ditunggu pasar," katanya.
Selain angin segar dari kondisi perekonomian global, Dody tak memungkiri, penguatan rupiah yang nyaris 1% pada hari ini juga dipengaruhi data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2018 yang melebihi ekspektasi pasar.
Berdasarkan data otoritas statistik, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2018 berada di 5,17%. Meskipun melambat dibandingkan kuartal lalu, namun realisasi tersebut secara year-on-year (yoy) merupakan yang tertinggi sejak 2014 silam.
"Jadi artinya ekonomi kita masih tumbuh, data kredit financing juga sudah mulai terlihat meningkat. Artinya, roda ekonomi bergerak," jelasnya.
BI menegaskan, akan menjaga nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan melakukan berbagai langkah kombinasi. Baik itu melalui kenaikan bunga acuan, intervensi, sampai dengan depresiasi secara gradual.
"Stabilisasi rupiah terus kami lakukan, tentunya dalam beberapa hal kombinasi. Kami memainkan suku bunga, intervensi, dan nilai tukar itu sendiri di depresiasikan secara gradual," katanya.
Sebagai informasi, pada Selasa (6/11/2018) pukul 13:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.830 di pasar spot. Rupiah menguat 0,97% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular