
Dua Masalah yang Bikin BI Was-was Hingga Akhir Tahun
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
06 November 2018 11:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) tak memungkiri, pergerakan nilai tukar rupiah terhadapĀ dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir relatif stabil. Bahkan, rupiah sudah berada di bawah level Rp 15.000/US$.
Meski demikian, bank sentral masih melihat masalah yang akan dihadapi Indonesia dalam beberapa bulan ke depan. Masalah tersebut, yakni persoalan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
"Dalam assessment BI, isu masalah itu CAD, ekspor-impor masih utama," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Hotel Pullman, Selasa (6/11/2018).
Tak hanya masalah CAD, bank sentral juga melihat potensi dari sejumlah negara yang berlomba-lomba mengerek bunga acuan demi menarik arus modal masuk. Hal ini, tentu menjadi tugas BI untuk menindaklanjuti.
"Jadi bagaimana meng-attract suku bunga lebih menarik dari negara peers demi menjaga differential suku bunga agar inflow terjadi," katanya.
Meski demikian, dalam satu minggu terakhir aliran modal yang masuk ke pasar keuangn domestik cukup tinggi. Ini menjadi salah satu faktor yang membuat mata uang Garuda menaklukan dolar AS.
"Aliran modal sudah mulai terjadi seminggu terakhir. Sentimen membaik karena melihat fundamental ekonomi Indonesia," jelasnya.
Sebagai informasi, pada hari ini Selasa (6/11/2018) pukul 11:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.850 di pasar spot. Rupiah melemah 0,83% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
(dru) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
Meski demikian, bank sentral masih melihat masalah yang akan dihadapi Indonesia dalam beberapa bulan ke depan. Masalah tersebut, yakni persoalan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
"Dalam assessment BI, isu masalah itu CAD, ekspor-impor masih utama," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Hotel Pullman, Selasa (6/11/2018).
![]() |
Tak hanya masalah CAD, bank sentral juga melihat potensi dari sejumlah negara yang berlomba-lomba mengerek bunga acuan demi menarik arus modal masuk. Hal ini, tentu menjadi tugas BI untuk menindaklanjuti.
Meski demikian, dalam satu minggu terakhir aliran modal yang masuk ke pasar keuangn domestik cukup tinggi. Ini menjadi salah satu faktor yang membuat mata uang Garuda menaklukan dolar AS.
"Aliran modal sudah mulai terjadi seminggu terakhir. Sentimen membaik karena melihat fundamental ekonomi Indonesia," jelasnya.
Sebagai informasi, pada hari ini Selasa (6/11/2018) pukul 11:00 WIB, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.850 di pasar spot. Rupiah melemah 0,83% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
(dru) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
Most Popular