
Pekan Yang Indah Bagi IHSG, Sepekan Naik 2,09%
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
03 November 2018 19:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski melemah pada hari pertama perdagangan pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat selama empat hari berturut-turut dengan total kenaikan 2,09%. Sentimen positif dari global maupun domestik mampu menjadi faktor pelecut laju IHSG.
Faktor global dari Amerika Serikat (AS) menjadi pemberat IHSG pada hari pertama. Anjloknya Wall Street pada hari Jumat (26/10/2018) menggerogoti penguatan IHSG. Kala itu, Dow Jones anjlok 1,19%, S&P 500 anjlok 1,73%, dan Nasdaq anjlok 2,06%.
Wall Street tak berkutik menghadapi koreksi di saham Amazon (-7,82%) dan Alphabet (-1,8%). Kedua saham tersebut dilepas investor lantaran kinerja keuangan kuartal-III 2018 yang mengecewakan.
Kemudian, Sentimen positif dari regional Asia mampu menjadi pemicu kenaikan IHSG pada hari kedua, adanya dorongan pembelian saham di bursa saham regional membuat bursa utama Asia Menghijau.
Positifnya rilis data ekonomi di Jepang terbukti ampuh mengerek bursa saham regional. Tingkat pengangguran per akhir September diumumkan sebesar 2,3%, di bawah konsensus yaitu 2,4%.
Ada juga angin segar yang datang dari Korea Selatan. Senin (29/10/2018), otoritas dan institusi keuangan Korsel mengumumkan bahwa mereka akan bekerjasama untuk membangkitkan pasar saham Korea Selatan dengan membentuk pendanaan senilai KRW 500 miliar (US$ 439,1 juta) dan menyuntikannya ke pasar saham pada awal November.
Selanjutnya, Sentimen positif dari bursa AS dan regional Asia yang kompak menjadi pemicu kenaikan IHSG hari ketiga. Pelaku pasar memanfaatkan momentum dari rilis kinerja keuangan ASII dan BMRI yang kinclong.
Sepanjang kuartal-III 2018, ASII membukukan pendapatan senilai Rp 62,3 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv senilai Rp 61,99 triliun. Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp 6,69 triliun, di atas ekspektasi analis yang hanya sebesar Rp 5,53 triliun.
Sementara itu, BMRI membukukan pendapatan bunga bersih/net interest income (NIM) sebesar Rp 13,9 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun Refinitiv sebesar Rp 13,6 triliun. Laba bersihnya tercatat sebesar Rp 5,9 triliun, juga di atas perkiraan sebesar Rp 5,3 triliun.
Penguatan IHSG terpangkas habis pada hari Keempat, pasca Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi sebesar 0,28% MoM pada Oktober 2018, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 0,17% MoM.
Sebelum angka inflasi dirilis, IHSG diperdagangkan menguat sebesar 0,41% ke level 5.855,44, sebelum kemudian berangsur-angsur turun ke level 5.835,92 pada akhir sesi 2.
Investor asing mulai kembali masuk pasar bursa saham Indonesia. Aktivitasnya tercermin pada transaksi hari ini dengan mencatatkan net buy Rp 1,16 triliun di semua pasar.
Pada hari kelima, IHSG mengawali perdagangan dengan kenaikan0,64%, hal ini dipengaruhi kondisi global yang cenderung kondusif karena Presiden AS Donald Trump sedang diagendakan bertemu Presiden China Xi Jin ping.
Bursa saham acuan nasional juga mendapat tambahan tenaga pada akhir perdagangan, Pemerintah melalui Menteri Keuangan mengumkan cukai rokok 2019 sama dengan tahun 2018. Hal ini membuat sentimen positif pada saham industri rokok. GGRM tercatat melejit 6,6%, HMSP loncat 4,1%.
Meskipun mengalami kenaikan 1,2% pada hari kelima, nyatanya IHSG hanya menjadi yang terbaik ke duadi bawah bursa vietnam yang naik 1,86%. Bahkan peringkat ke-4 jika dilihat secara mingguan.
Setelah bursa Singapura (+4,5%), Vietnam (4,1%) dan Thailand 2,8%). Kami melihat, ruang kenaikanIHSG minggu depan cukup terbuka mengingat lajunya tak sekencang bursa lainnya di Asia Tenggara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/dru) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Faktor global dari Amerika Serikat (AS) menjadi pemberat IHSG pada hari pertama. Anjloknya Wall Street pada hari Jumat (26/10/2018) menggerogoti penguatan IHSG. Kala itu, Dow Jones anjlok 1,19%, S&P 500 anjlok 1,73%, dan Nasdaq anjlok 2,06%.
Wall Street tak berkutik menghadapi koreksi di saham Amazon (-7,82%) dan Alphabet (-1,8%). Kedua saham tersebut dilepas investor lantaran kinerja keuangan kuartal-III 2018 yang mengecewakan.
Positifnya rilis data ekonomi di Jepang terbukti ampuh mengerek bursa saham regional. Tingkat pengangguran per akhir September diumumkan sebesar 2,3%, di bawah konsensus yaitu 2,4%.
Ada juga angin segar yang datang dari Korea Selatan. Senin (29/10/2018), otoritas dan institusi keuangan Korsel mengumumkan bahwa mereka akan bekerjasama untuk membangkitkan pasar saham Korea Selatan dengan membentuk pendanaan senilai KRW 500 miliar (US$ 439,1 juta) dan menyuntikannya ke pasar saham pada awal November.
Selanjutnya, Sentimen positif dari bursa AS dan regional Asia yang kompak menjadi pemicu kenaikan IHSG hari ketiga. Pelaku pasar memanfaatkan momentum dari rilis kinerja keuangan ASII dan BMRI yang kinclong.
Sepanjang kuartal-III 2018, ASII membukukan pendapatan senilai Rp 62,3 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv senilai Rp 61,99 triliun. Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp 6,69 triliun, di atas ekspektasi analis yang hanya sebesar Rp 5,53 triliun.
Sementara itu, BMRI membukukan pendapatan bunga bersih/net interest income (NIM) sebesar Rp 13,9 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun Refinitiv sebesar Rp 13,6 triliun. Laba bersihnya tercatat sebesar Rp 5,9 triliun, juga di atas perkiraan sebesar Rp 5,3 triliun.
Penguatan IHSG terpangkas habis pada hari Keempat, pasca Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi sebesar 0,28% MoM pada Oktober 2018, lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 0,17% MoM.
Sebelum angka inflasi dirilis, IHSG diperdagangkan menguat sebesar 0,41% ke level 5.855,44, sebelum kemudian berangsur-angsur turun ke level 5.835,92 pada akhir sesi 2.
Investor asing mulai kembali masuk pasar bursa saham Indonesia. Aktivitasnya tercermin pada transaksi hari ini dengan mencatatkan net buy Rp 1,16 triliun di semua pasar.
Pada hari kelima, IHSG mengawali perdagangan dengan kenaikan0,64%, hal ini dipengaruhi kondisi global yang cenderung kondusif karena Presiden AS Donald Trump sedang diagendakan bertemu Presiden China Xi Jin ping.
Bursa saham acuan nasional juga mendapat tambahan tenaga pada akhir perdagangan, Pemerintah melalui Menteri Keuangan mengumkan cukai rokok 2019 sama dengan tahun 2018. Hal ini membuat sentimen positif pada saham industri rokok. GGRM tercatat melejit 6,6%, HMSP loncat 4,1%.
Meskipun mengalami kenaikan 1,2% pada hari kelima, nyatanya IHSG hanya menjadi yang terbaik ke duadi bawah bursa vietnam yang naik 1,86%. Bahkan peringkat ke-4 jika dilihat secara mingguan.
Setelah bursa Singapura (+4,5%), Vietnam (4,1%) dan Thailand 2,8%). Kami melihat, ruang kenaikanIHSG minggu depan cukup terbuka mengingat lajunya tak sekencang bursa lainnya di Asia Tenggara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/dru) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular