
Rupiah Perkasa Tanpa Intervensi BI, Kok Bisa?
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
02 November 2018 19:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tajam pada perdagangan hari ini. Bahkan penguatan rupiah jadi yang tertinggi di Asia. Sebuah kado akhir pekan yang manis.
Pada Jumat (2/11/2018), US$ 1 di pasar spot ditutup Rp 14.950. Rupiah menguat signifikan 1,16% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Penguatan rupiah sudah bisa diprediksi sebelum pembukaan pasar spot. Tanda-tanda keperkasaan rupiah terlihat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) sebelum pasar spot dibuka.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, mengatakan bank sentral tak melakukan banyak kerja keras dalam melawan dolar AS. Hal ini karena secara mekanisme pasar supply dan demand terpenuhi.
"Tak ada intervensi, [rupiah] menguat karena supply dan demand," ungkap Mirza di Museum Bank Indonesia, Jumat (2/11/2018).
Mirza menjelaskan, situasi pasar keuangan di emerging market termasuk Indonesia dalam dua hari ini cukup membaik. Hal ini cukup signifikan teritama didorong AS dan China.
"Didorong satu perundingan AS dan China ada kemajuan sehingga yang selama beberapa bulan terakhir ini pertentangan antara AS dan China itu kan kemudian membuat kurs Reminbi melemah. Ini sengaja mungkin untuk dorong ekspor China," papar Mirza.
"Progres perundingan AS dan China membuat kurs dari negara-negara emerging market menguat dan kurs dolar melemah," imbuh Mirza.
(dru/wed) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Pada Jumat (2/11/2018), US$ 1 di pasar spot ditutup Rp 14.950. Rupiah menguat signifikan 1,16% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Penguatan rupiah sudah bisa diprediksi sebelum pembukaan pasar spot. Tanda-tanda keperkasaan rupiah terlihat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) sebelum pasar spot dibuka.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, mengatakan bank sentral tak melakukan banyak kerja keras dalam melawan dolar AS. Hal ini karena secara mekanisme pasar supply dan demand terpenuhi.
"Tak ada intervensi, [rupiah] menguat karena supply dan demand," ungkap Mirza di Museum Bank Indonesia, Jumat (2/11/2018).
Mirza menjelaskan, situasi pasar keuangan di emerging market termasuk Indonesia dalam dua hari ini cukup membaik. Hal ini cukup signifikan teritama didorong AS dan China.
"Didorong satu perundingan AS dan China ada kemajuan sehingga yang selama beberapa bulan terakhir ini pertentangan antara AS dan China itu kan kemudian membuat kurs Reminbi melemah. Ini sengaja mungkin untuk dorong ekspor China," papar Mirza.
"Progres perundingan AS dan China membuat kurs dari negara-negara emerging market menguat dan kurs dolar melemah," imbuh Mirza.
(dru/wed) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular