Dihantui Sentimen Negatif, Wall Street Akan Dibuka Naik Tipis

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 October 2018 19:40
Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini, walaupun tipis saja.
Foto: REUTERS/Stephen Yang
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca terkoreksi pada perdagangan kemarin (29/10/2018), Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini, walaupun tipis saja: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 68 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 9 dan 21 poin.

Pada hari ini, sejumlah sentimen negatif sejatinya masih menghantui laju Wall Street. Pertama, potensi koreksi saham-saham sektor teknologi. Pada perdagangan extended hours, harga saham Amazon melemah sebesar 1,1%, pasca kemarin ambruk 6,33%. Selain Amazon, saham-saham sektor teknologi yang dilepas investor kemarin adalah Facebook (-2,26%), Apple (-1,88%), Netflix (-4,99%), Alphabet (-4,52%), Intel (-0,63%), dan Microsoft (-2,91%).

Saham-saham sektor teknologi dilepas seiring dengan rencana pemerintah Inggris untuk memajaki platform digital mulai April 2020. Menteri Keuangan Inggris Phillip Hammond mengungkapkan bahwa pajak tersebut akan menyasar perusahaan-perusahaan besar dan bukan perusahaan rintisan alias start-up.

"Jelas tidak berkelanjutan ataupun adil bahwa bisnis platform digital dapat menghasilkan pendapatan yang besar di Inggris tanpa membayar pajak disini terkait dengan aktivitas bisnisnya," tegas Hammond.

Rencananya, perusahaan yang menghasilkan pendapatan setidaknya 500 juta pounds secara global setiap tahunnya akan diwajibkan membayar pajak senilai 2% dari pendapatannya di Inggris. Pengenaan pajak ini diproyeksikan menghasilkan lebih dari 400 juta pounds per tahun.

Apa yang dilakukan Inggris dikhawatirkan bakal menjadi preseden bagi negara lain. Ketika negara-negara lain menerapkan hal serupa, tentu pendapatan para raksasa teknologi akan tergerus sehingga sahamnya menjadi kurang menarik.

Risiko kedua yang menghantui laju Wall Street adalah perkembangan perang dagang AS-China yang tak menggembirakan. Kabar terbaru, AS siap menerapkan bea masuk baru kepada produk-produk China apabila pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping tidak membuahkan hasil. Sebelumnya, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow sudah mengonfirmasi bahwa keduanya akan melakukan pembicaraan di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires (Argentina) pada bulan depan.

Mengutip Reuters, sumber di lingkaran Gedung Putih mengungkapkan Washington sudah menyiapkan bea masuk baru sebagai skenario terburuk. Kemungkinan pengenaan bea masuk itu adalah untuk importasi produk-produk made in China senilai US$ 257 miliar seperti yang sering dikemukakan Trump.

Risiko ketiga datang dari keputusan Kanselir Jerman Angela Merkel untuk tidak kembali maju dalam pemilihan sebagai Ketua Umum Christian Democratic Union (CDU). Dirinya juga menyatakan akan mundur dari dunia politik setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai kanselir pada tahun 2021.

Asal tahu saja, Merkel merupakan tokoh yang amat penting bagi Uni Eropa. Tanpa kehadiran dirinya, Uni Eropa yang sudah rapuh sejak ditinggal Inggris bisa menjadi semakin rapuh. Apalagi, keputusan tersebut diumumkan Merkel kala permasalahan anggaran di Italia dan Prancis sedang memanas.

Pada pukul 21:00 WIB, angka indeks keyakinan konsumen periode Oktober akan diumumkan oleh The Conference Board.

Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/gus) Next Article Perlambatan Ekonomi Kian Terasa, Wall Street akan Terkoreksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular