Seng Ada Lawan, Dolar AS Sapu Bersih Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 October 2018 14:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) tidak tertandingi hari ini. Greenback berhasil melakukan sapu bersih, menguat terhadap hampir seluruh mata uang utama Asia.
Pada Senin (29/10/2018) pukul 13:58 WIB, berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning:
Perkembangan di China membuat menjadi beban bagi mata uang Asia. Prospek ekonomi China masih suram, terlihat dari rilis data keuntungan perusahaan industrial.
Biro Statistik Nasional China mencatat pertumbuhan laba industrial naik 4,1% secara year-on-year (YoY) pada September 2018 menjadi CNY 545,5 miliar. Laju pertumbuhan tersebut tidak sampai separuh dari pencapaian bulan sebelumnya dan menjadi yang paling lambat sejak Maret.
Sepertinya perang dagang AS vs China begitu berpengaruh terhadap dunia usaha di Negeri Tirai Bambu. Maklum, AS adalah pasar ekspor terbesar China. Tahun lalu, nilai ekspor China ke AS mencapai US$ 431,7 miliar atau 19% dari total ekspor.
Ketika sang konsumen terbesar itu mulai menutup diri, maka akan sangat mempengaruhi kinerja ekspor China. Akibatnya, dunia usaha terpukul dan laba mereka mengecil.
Belum adanya solusi untuk mengakhiri perang dagang membuat dunia usaha di China kemungkinan akan terus mengalami tekanan. Prospek pertumbuhan ekonomi China pun menjadi penuh tanda tanya.
China adalah perekonomian terbesar kedua di dunia, dan nomor 1 di Asia. Risiko perlambatan ekonomi China tentunya akan ikut mempengaruhi negara-negara lain di Asia.
Pelaku pasar pun kemudian beraksi dengan memihak dolar AS. Arus modal yang masih berkerumun di sekitar dolar AS membuat mata uang ini semakin perkasa di Asia.
Maklum, Dollar Index sebelumnya sempat melemah sejak akhir pekan lalu. Greenback pun menjadi murah dan menarik untuk dikoleksi.
Sentimen positif bagi dolar AS juga datang dari jelang lelang obligasi pemerintah Negeri Paman Sam. Rencananya akan ada lelang obligasi AS pada 29 Oktober waktu setempat yaitu untuk tenor 13 dan 26 pekan. Target indikatif dalam lelang ini adalah US$ 84 miliar.
Semakin dekat menuju lelang, investor biasanya akan mencoba menaikkan imbal hasil (yield) setinggi mungkin agar dalam lelang nanti kupon akan naik dan harga turun. Upaya menaikkan yield sudah berhasil untuk tenor 13 pekan, di mana yield naik 0,3 basis poin menjadi 2,3295%.
Kenaikan yield adalah sinyal bullish bagi dolar AS. Saat yield naik, maka kupon dalam lelang diharapkan naik. Kupon yang atraktif tentu akan membuat lelang obligasi menjadi semarak, dan permintaan dolar AS pun meningkat karena butuh mata uang ini untuk membeli obligasi.
Hari ini memang harinya dolar AS. Seng ada lawan di Asia, dolar AS pun digdaya di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Senin (29/10/2018) pukul 13:58 WIB, berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning:
Biro Statistik Nasional China mencatat pertumbuhan laba industrial naik 4,1% secara year-on-year (YoY) pada September 2018 menjadi CNY 545,5 miliar. Laju pertumbuhan tersebut tidak sampai separuh dari pencapaian bulan sebelumnya dan menjadi yang paling lambat sejak Maret.
Sepertinya perang dagang AS vs China begitu berpengaruh terhadap dunia usaha di Negeri Tirai Bambu. Maklum, AS adalah pasar ekspor terbesar China. Tahun lalu, nilai ekspor China ke AS mencapai US$ 431,7 miliar atau 19% dari total ekspor.
Ketika sang konsumen terbesar itu mulai menutup diri, maka akan sangat mempengaruhi kinerja ekspor China. Akibatnya, dunia usaha terpukul dan laba mereka mengecil.
Belum adanya solusi untuk mengakhiri perang dagang membuat dunia usaha di China kemungkinan akan terus mengalami tekanan. Prospek pertumbuhan ekonomi China pun menjadi penuh tanda tanya.
China adalah perekonomian terbesar kedua di dunia, dan nomor 1 di Asia. Risiko perlambatan ekonomi China tentunya akan ikut mempengaruhi negara-negara lain di Asia.
Pelaku pasar pun kemudian beraksi dengan memihak dolar AS. Arus modal yang masih berkerumun di sekitar dolar AS membuat mata uang ini semakin perkasa di Asia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Tidak hanya di Asia, dolar AS memang sedang menguat secara global. Pada pukul 14:03 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) masih terapresiasi 0,1%. Kenaikan indeks ini belum terhenti sejak pagi tadi. Maklum, Dollar Index sebelumnya sempat melemah sejak akhir pekan lalu. Greenback pun menjadi murah dan menarik untuk dikoleksi.
Sentimen positif bagi dolar AS juga datang dari jelang lelang obligasi pemerintah Negeri Paman Sam. Rencananya akan ada lelang obligasi AS pada 29 Oktober waktu setempat yaitu untuk tenor 13 dan 26 pekan. Target indikatif dalam lelang ini adalah US$ 84 miliar.
Semakin dekat menuju lelang, investor biasanya akan mencoba menaikkan imbal hasil (yield) setinggi mungkin agar dalam lelang nanti kupon akan naik dan harga turun. Upaya menaikkan yield sudah berhasil untuk tenor 13 pekan, di mana yield naik 0,3 basis poin menjadi 2,3295%.
Kenaikan yield adalah sinyal bullish bagi dolar AS. Saat yield naik, maka kupon dalam lelang diharapkan naik. Kupon yang atraktif tentu akan membuat lelang obligasi menjadi semarak, dan permintaan dolar AS pun meningkat karena butuh mata uang ini untuk membeli obligasi.
Hari ini memang harinya dolar AS. Seng ada lawan di Asia, dolar AS pun digdaya di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular