IHSG Turun 0,9%, Ini 5 Saham Paling Buntung Pekan Ini

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
27 October 2018 19:14
Saham-saham apa saja yang merosot dan membukukan kerugian paling tinggi dalam sepekan terakhir? Berikut ulasan Tim Riset CNBC Indonesia.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatat performa kurang memuaskan. Terseret bursa Asia yang juga berguguran, IHSG akhirnya melemah 0,9% selama seminggu terakhir.

Lantas, saham-saham apa saja yang merosot dan membukukan kerugian paling tinggi? Berikut ulasan Tim Riset CNBC Indonesia.

1. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP)

Posisi pertama dari saham yang paling banyak dilepas adalah PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP). Harga saham perusahaan ini pada akhir Jumat kemarin berada di level Rp 11.400/saham. Dalam sepekan, harga perusahaan yang berfokus di industri pulp & paper ini menyusut 15,4%.

Setelah naik kencang sejak awal tahun ini, saham INKP nampaknya mulai dilepas investor. Pelemahan rupiah yang semakin dalam memang akan berdampak besar bagi perusahaan ini. Pasalnya, bahan baku yang digunakan didatangkan secara impor. Pelemahan rupiah akan berdampak pada peningkatan beban yang bisa mengurangi kinerja keuangan perusahan.

Selain itu, kabar bahwa rencana Grup Sinarmas (induk perusahaan INKP) akan melepas saham INKP dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM) nampaknya juga masih menjadi pemberat. Ada dugaan, dana hasil pelepasan dari kedua perusahaan tersebut akan digunakan untuk memperkuat permodalan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), sehingga memiliki ekuitas yang cukup untuk melakukan akuisisi.

Rumor FREN akan mengakuisisi PT Indosat Tbk (ISAT) atau sebaliknya, memang tengah mencuat di kalangan pasar.

2. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)

Posisi selanjutnya ada PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Pada penutupan kemarin, harga saham tersebut berada di level Rp 1.550/saham. Selama sepekan ini, harga saham perusahaan pemilik stasiun TV SCTV dan Indosiar ini anjlok hingga 10,14%.

Pada kuartal III-2018, SCMA sebenarnya mampu mencatatkan laba bersih Rp 1,09 triliun atau tumbuh 8,12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, kinerja perseroan sebenarnya berada di bawah konsensus pasar.

Mirae Asset Sekuritas menyatakan bahwa konsensus analis memperkirakan laba bersih perseroan pada periode tersebut berkontribusi 80% dari target laba bersih perseroan di tahun ini yakni Rp 1,49 triliun.

Sedangkan kinerja rilis yang dikeluarkan perseroan yakni laba bersih 72% dari total target laba bersih selama setahun.

Sementara untuk pendapatan perseroan masih di bawah konsesus Mirae yakni 76% dari total target pendapatan tahun ini, yakni sebesar Rp 4,97 triliun. Sedangkan pendapatan SCMA "hanya" senilai Rp 3,79 triliun hingga kuartal III-2018. 

3. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)

Posisi berikutnya ada salah satu bank milik negara, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN). Pada akhir sesi jumat kemarin, harga saham berada di level Rp 2.140/saham. Dalam sepekan, harga saham perusahaan ini turun hingga 9,70%.

Aksi jual investor dipicu oleh mengecewakannya kinerja keuangan perseroan. Sepanjang 9 bulan pertama tahun 2018, net interest income (NII) perusahaan tumbuh sebesar 15,3% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 7,55 triliun, dari yang sebelumnya Rp 6,55 triliun. Walaupun tumbuh cukup pesat, capaian ini masih kalah jika dibandingkan 9 bulan pertama tahun 2017. Kala itu, NII melesat sebesar 16,95% YoY.

Sementara itu, laba bersih tumbuh sebesar 11,5% YoY sepanjang 9 bulan pertama tahun ini menjadi Rp 2,24 triliun, dari yang sebelumnya Rp 2,01 triliun. Namun, lagi-lagi capaian ini kalah dibandingkan 9 bulan pertama tahun 2017 kala laba bersih meroket 23,7% YoY.

Pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan perusahaan tercatat sedikit melambat. Sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, penyaluran kredit dan pembiayaan tumbuh sebesar 19,3% YoY, lebih rendah dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 19,95%.

4. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM)


Selanjutnya ada PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM). Harga saham perusahaan tersebut di akhir perdagangan pekan ini, ditutup pada level Rp 10.400/saham. Pada sepekan kemarin, harga saham perusahaan yang berfokus di industri kertas, melemah hingga 9,37%.

Saham TKIM merosot dengan alasan yang sama seperti INKP. Ada dugaan Grup Sinarmas akan melepas saham TKIM dan INKP demi memperkuat permodalan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), sehingga memiliki ekuitas yang cukup untuk melakukan akuisisi Pt Indosat Tbk (ISAT). 

5. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF)

Terakhir ada PT Matahari Department Store Tbk. Pada penutupan kemarin, harga saham perusahaan ini ditutup pada level Rp 5.150/saham. Selama sepekan terakhir, saham perusahaan yang mengoperasikan toserba Matahari, terkoreksi hingga 8,44%.

Dilepasnya saham LPPF sejalan dengan anjoknya sebagian besar Grup Lippo, menyusul kasus suap proses perizinan megaproyek Meikarta.

Seperti dilansir dari detikcom, Senin (15/10/2018) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Operasi Tangkap Tangan OTT di Kabupaten Bekasi terkait proyek Meikarta. Ada 10 orang yang diamankan dalam OTT KPK, yakni dari pejabat pemerintahan Kabupaten Bekasi.

KPK juga menangkap Direktur Operasional Lippo Group Billy Sindoro. Billy ditangkap setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek Meikarta. Bahkan, pada hari Kamis (18/10/2018), KPK menggeledah kediaman James Riady, CEO Lippo Group.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)


(RHG/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular