Bursa Regional 'Kebakaran', IHSG Malah Menguat 0,8%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 October 2018 16:37
IHSG mengakhiri sesi 2 dengan menguat 0,8% ke level 5.754,97.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi 2 dengan menguat 0,8% ke level 5.754,97. Pada awal perdagangan sesi 1, IHSG sempat anjlok 1,5% ke level 5.623,84.

IHSG seakan tak menghiraukan bursa saham utama kawasan Asia yang hancur lebur: indeks Nikkei anjlok 3,72%, indeks Hang Seng turun 1,01%, indeks Strait Times melemah 0,79%, dan indeks Kospi meluncur turun 1,63%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,45 triliun dengan volume sebanyak 8,88 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 369.845 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG naik adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+3,02%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,1%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,37%), PT Astra International Tbk/ASII (+1,03%), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+0,85%).

Sell-off di Wall Street berhasil ditransmisikan dengan baik ke bursa saham Benua Kuning. Pada dini hari tadi, Dow Jones ditutup anjlok 2,41%, S&P 500 anjlok 3,09%, dan Nasdaq terpangkas 4,43%.

Ketakutan atas perlambatan perekonomian Negeri Paman Sam sukses menggerogoti Wall Street. Sinyal pertama datang dari rilis angka penjualan rumah baru periode September yang sejumlah 553.000 unit, jauh di bawah konsensus yang sebesar 627.000 unit. Angka ini merupakan yang terendah dalam 2 tahun terakhir.

Kemudian, sinyal perlambatan ekonomi AS juga datang dari publikasi Beige Book oleh The Federal Reserve yang menyebut bahwa dunia usaha mulai menaikkan harga akibat perang dagang dengan China. Tingginya bea masuk untuk importasi bahan baku dan barang modal asal China membuat dunia usaha semakin tidak bisa menahan untuk tidak menaikkan harga.

Beige Book adalah laporan The Fed yang merangkum hasil diskusi dengan para pelaku usaha di 12 negara bagian. Diskusi kali ini berlangsung sejak September hingga pertengahan Oktober 2018.

"Pabrik-pabrik melaporkan kenaikan harga barang jadi sudah tidak terhindarkan. Kenaikan ini disebabkan biaya yang lebih tinggi untuk impor bahan baku seperti baja yang terkait dengan kebijakan bea masuk," sebut laporan The Fed.

Belum lama ini, International Monetary Fund (IMF) sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2019 sebesar 0,2% menjadi 2,5%, dari yang sebelumnya 2,7%.

Selain potensi perlambatan ekonomi AS, sentimen eksternal yang menekan kinerja bursa saham Asia adalah kian panasnya hubungan antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, dan permasalahan rancangan anggaran pemerintah Italia dan Prancis.

Dari kawasan regional, rilis data ekonomi di Korea Selatan semakin membebani bursa saham Asia. Sepanjang kuartal-III 2018, perekonomian Korea Selatan diumumkan tumbuh sebesar 2% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 2,2% YoY.

Kembali ke bursa saham tanah air, laju IHSG tertolong oleh kehadiran level keramat 5.700. Sepanjang 2018, hanya 4 kali IHSG ditutup di bawah level 5.700 yakni pada tanggal 28 Juni, 3 Juli, 6 Juli, dan 5 September.

Ada kemungkinan, investor menganggap bahwa valuasi IHSG sudah kemurahan jika diperdagangkan di bawah level 5.700. Mengutip Reuters, price-earnings ratio (PER) IHSG per akhir perdagangan kemarin kala ditutup di level 5,709.42 adalah sebesar 15,48x.

Selain itu, penguatan rupiah ikut memberikan dorongan beli di bursa saham tanah air. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat 0,07% di pasar spot ke level Rp 15.185/dolar AS. Rupiah menguat lantaran dolar AS memang sudah lesu, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang turun sebesar 0,15%.

Dolar AS dilepas investor seiring dengan kenaikannya yang memang sudah banyak sepanjang tahun ini dan melemahnya prospek perekonomian AS. Yen, franc, dan emas lebih menjadi pilihan investor untuk mengamankan dananya. Rupiah pun mampu memanfaatkan momentum tersebut untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular