
Awali Sesi II IHSG Merosot 0,71%, Ada Apa?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 October 2018 14:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Ditutup melemah tipis 0,07% pada akhir sesi 1 ke level 5.794,02, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk 0,71% pada awal perdagangan sesi 2 ke level 5.757,01.
Ambruknya IHSG senada dengan 2 indeks saham utama kawasan Asia yakni Hang Seng dan Kospi yang masing-masing melemah sebesar 0,15% dan 0,4%. Padahal per akhir sesi 1, kedua indeks tersebut menguat masing-masing sebesar 0,86% dan 0,04%.
Dorongan beli yang datang dari positifnya kinerja sektor manufaktur di Jepang nampak tak berlangsung lama. Pada pagi hari ini, Flash Manufacturing PMI periode Oktober diumumkan sebesar 53,1, mengalahkan konsensus yang sebesar 52,6.
Sebagai informasi, data di atas 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara data di bawah 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengalami kontraksi.
Pada bulan Oktober, aktivitas manufaktur di Jepang mencatatkan ekspansi dan ekspansinya lebih kencang dibandingkan yang diharapkan pelaku pasar.
Memang, sejatinya perdagangan hari ini diselimuti sentimen negatif. Hal ini bisa diamati dari Wall Street yang kompak melemah pada dini hari tadi: Dow Jones turun 0,5%, S&P 500 minus 0,55%, dan Nasdaq berkurang 0,42%. Pada perdagangan intraday, Dow Jones sempat anjlok hingga 2,17%, S&P 500 anjlok 2,34%, dan Nasdaq anjlok 2,79%.
Pelaku pasar dibuat takut oleh potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi. Kemarin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan keras mengenai masalah ini. Erdogan menyebut bahwa intel dan lembaga penegak hukum memiliki bukti bahwa pembunuhan Khashoggi merupakan sesuatu yang terencana.
"Badan intelijen dan lembaga penegak hukum memiliki bukti yang menunjukkan bahwa pembunuhan (Khashoggi) adalah terencana.... Menuduhkan kasus tersebut ke beberapa aparat penegak hukum dan anggota badan intelijen tidak akan memuaskan kami maupun komunitas internasional," papar Erdogan di hadapan parlemen Turki.
"Mulai dari pihak yang memberikan perintah, hingga pihak yang mengeksekusinya, mereka harus dibuat bertanggung jawab." Kata Erdogan lebih lanjut.
Trump pun sepertinya semakin menunjukkan kekecewaan dan kemarahan kepada Arab Saudi. Setelah pidato Erdogan, Trump menyatakan bahwa Arab Saudi mencoba menutupi kasus Khasshogi dengan buruk.
"Konsep awalnya sangat jelek, pelaksanaannya buruk, dan cara menutupinya juga salah satu yang paling payah sepanjang sejarah," tegas Trump kepada para jurnalis di Oval Office, dikutip dari Reuters.
Sejauh ini, belum ada sanksi apapun yang dikeluarkan oleh AS untuk Arab Saudi. Memang, kesepakatan bisnis antara AS dengan Arab Saudi terbilang fantastis sehingga wajar jika pemerintahan Donald Trump terlihat sangat berhati-hati dalam bertindak. Tahun lalu misalnya, Arab Saudi berkomitmen membeli persenjataan dari AS senilai US$ 110 miliar.
Namun, bukan tak mungkin jika pada akhirnya Trump dipaksa bersikap luar biasa tegas terhadap sekutunya tersebut.
Lebih lanjut, konfirmasi pertemuan antara Trump dengan Presiden China Xi Jinping tak terlalu mampu mengangkat bursa saham Asia. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow kemarin mengonfirmasi bahwa Trump akan bertemu dengan Xi Jinping pada bulan depan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Buenos Aires, Argentina.
Pelaku pasar bersikap skeptis menghadapi kabar tersebut mengingat beberapa pertemuan antara delegasi AS dan China yang sebelumnya sudah diselenggarakan tak mampu menyelesaikan perang dagang yang tengah berkecamuk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Ambruknya IHSG senada dengan 2 indeks saham utama kawasan Asia yakni Hang Seng dan Kospi yang masing-masing melemah sebesar 0,15% dan 0,4%. Padahal per akhir sesi 1, kedua indeks tersebut menguat masing-masing sebesar 0,86% dan 0,04%.
Dorongan beli yang datang dari positifnya kinerja sektor manufaktur di Jepang nampak tak berlangsung lama. Pada pagi hari ini, Flash Manufacturing PMI periode Oktober diumumkan sebesar 53,1, mengalahkan konsensus yang sebesar 52,6.
Pada bulan Oktober, aktivitas manufaktur di Jepang mencatatkan ekspansi dan ekspansinya lebih kencang dibandingkan yang diharapkan pelaku pasar.
Memang, sejatinya perdagangan hari ini diselimuti sentimen negatif. Hal ini bisa diamati dari Wall Street yang kompak melemah pada dini hari tadi: Dow Jones turun 0,5%, S&P 500 minus 0,55%, dan Nasdaq berkurang 0,42%. Pada perdagangan intraday, Dow Jones sempat anjlok hingga 2,17%, S&P 500 anjlok 2,34%, dan Nasdaq anjlok 2,79%.
Pelaku pasar dibuat takut oleh potensi ribut-ribut antara AS dengan sekutunya Arab Saudi terkait dengan tewasnya kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi. Kemarin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan keras mengenai masalah ini. Erdogan menyebut bahwa intel dan lembaga penegak hukum memiliki bukti bahwa pembunuhan Khashoggi merupakan sesuatu yang terencana.
"Badan intelijen dan lembaga penegak hukum memiliki bukti yang menunjukkan bahwa pembunuhan (Khashoggi) adalah terencana.... Menuduhkan kasus tersebut ke beberapa aparat penegak hukum dan anggota badan intelijen tidak akan memuaskan kami maupun komunitas internasional," papar Erdogan di hadapan parlemen Turki.
"Mulai dari pihak yang memberikan perintah, hingga pihak yang mengeksekusinya, mereka harus dibuat bertanggung jawab." Kata Erdogan lebih lanjut.
Trump pun sepertinya semakin menunjukkan kekecewaan dan kemarahan kepada Arab Saudi. Setelah pidato Erdogan, Trump menyatakan bahwa Arab Saudi mencoba menutupi kasus Khasshogi dengan buruk.
"Konsep awalnya sangat jelek, pelaksanaannya buruk, dan cara menutupinya juga salah satu yang paling payah sepanjang sejarah," tegas Trump kepada para jurnalis di Oval Office, dikutip dari Reuters.
Sejauh ini, belum ada sanksi apapun yang dikeluarkan oleh AS untuk Arab Saudi. Memang, kesepakatan bisnis antara AS dengan Arab Saudi terbilang fantastis sehingga wajar jika pemerintahan Donald Trump terlihat sangat berhati-hati dalam bertindak. Tahun lalu misalnya, Arab Saudi berkomitmen membeli persenjataan dari AS senilai US$ 110 miliar.
Namun, bukan tak mungkin jika pada akhirnya Trump dipaksa bersikap luar biasa tegas terhadap sekutunya tersebut.
Lebih lanjut, konfirmasi pertemuan antara Trump dengan Presiden China Xi Jinping tak terlalu mampu mengangkat bursa saham Asia. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow kemarin mengonfirmasi bahwa Trump akan bertemu dengan Xi Jinping pada bulan depan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Buenos Aires, Argentina.
Pelaku pasar bersikap skeptis menghadapi kabar tersebut mengingat beberapa pertemuan antara delegasi AS dan China yang sebelumnya sudah diselenggarakan tak mampu menyelesaikan perang dagang yang tengah berkecamuk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Most Popular