
Terkena Profit-Taking, Indeks Shanghai & Hang Seng Terkoreksi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 October 2018 09:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca membukukan penguatan yang signifikan, investor mulai merealisasikan keuntungannya di bursa saham China dan Hong Kong. Pada pagi hari ini, indeks Shanghai dibuka melemah 0,08%, sementara indeks Hang Seng melemah 0,53%.
Dalam 2 perdagangan terakhir (19 dan 22 Oktober), tercatat indeks Shanghai sudah melesat 6,78%, sementara indeks Hang Seng menguat 2,74%.
Dalam periode tersebut, investor merespon positif data pertumbuhan ekonomi China yang sebenarnya di bawah ekspektasi. Pada kuartal-III 2018, perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,5% YoY, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 6,6% YoY. Capaian ini merupakan yang terendah sejak 2009 silam.
Namun, data ini justru diartikan positif oleh pelaku pasar. Lemahnya pertumbuhan ekonomi China mengindikasikan bahwa upaya otoritas untuk meredam timbunan utang, terutama yang termasuk dalam kategori shadow banking, telah membuahkan hasil.
Moody's melaporkan bahwa nilai shadow banking di China per semester-I 2017 adalah sebesar US$ 9,72 triliun. Jika dikonversi dengan menggunakan kurs Rp 15.000/dolar AS, nilainya adalah sebesar Rp 145.800 triliun.
Selain itu, sentimen positif bagi kedua bursa saham kala itu juga datang dari rencana pemerintah China untuk memotong tarif pajak pada tahun depan. Nilai pemotongan tarif pajak ini diperkirakan mencapai 1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) China.
Sebagai catatan, PDB nominal China pada akhir 2018 diperkirakan sebesar US$ 13,2 triliiun (Rp 200.595 triliun). Satu persen dari angka itu adalah US$ 132 miliar (Rp 2.005 triliun).
Pada perdagangan hari ini, investor akan mencermati rilis data inflasi Hong Kong periode September yang akan diumumkan pada pukul 15:30 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Dalam 2 perdagangan terakhir (19 dan 22 Oktober), tercatat indeks Shanghai sudah melesat 6,78%, sementara indeks Hang Seng menguat 2,74%.
Dalam periode tersebut, investor merespon positif data pertumbuhan ekonomi China yang sebenarnya di bawah ekspektasi. Pada kuartal-III 2018, perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,5% YoY, lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 6,6% YoY. Capaian ini merupakan yang terendah sejak 2009 silam.
Moody's melaporkan bahwa nilai shadow banking di China per semester-I 2017 adalah sebesar US$ 9,72 triliun. Jika dikonversi dengan menggunakan kurs Rp 15.000/dolar AS, nilainya adalah sebesar Rp 145.800 triliun.
Selain itu, sentimen positif bagi kedua bursa saham kala itu juga datang dari rencana pemerintah China untuk memotong tarif pajak pada tahun depan. Nilai pemotongan tarif pajak ini diperkirakan mencapai 1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) China.
Sebagai catatan, PDB nominal China pada akhir 2018 diperkirakan sebesar US$ 13,2 triliiun (Rp 200.595 triliun). Satu persen dari angka itu adalah US$ 132 miliar (Rp 2.005 triliun).
Pada perdagangan hari ini, investor akan mencermati rilis data inflasi Hong Kong periode September yang akan diumumkan pada pukul 15:30 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular