4 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK
Menanti Janji Jokowi-JK Atasi CAD, Biang Kerok Rupiah Jatuh
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
22 October 2018 16:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Peningkatan aktivitas ekonomi di dalam negeri menyebabkan transaksi berjalan (current account) pada triwulan II-2018 mengalami defisit US$ 8,0 miliar (3,0% dari PDB), tertinggi sejak kuartal II-2014.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji akan mengatasi masalah defisit transaksi berjalan dalam 1 tahun, yang menjadi salah satu sumber tekanan terhadap rupiah.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan defisit transaksi berjalan Indonesia akan berada di sekitar 2,9% dari PDB (Produk Domestik Bruto) tahun ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani memiliki proyeksi sendiri, di mana CAD akan mencapai 3% dari PDB sampai akhir tahun.
Defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal II lalu merupakan defisit terbesar semenjak pemerintahan Jokowi-Jusuf Kala.
Defisit transaksi berjalan sebenarnya belum melewati 3%. Sebagai info ambang batas yang diperbolehkan UU yaitu tak boleh melewati 3% dari produk domestik bruto (PDB). Jika tidak banyak gejolak ekonomi global posisi CAD 3% masih bisa diterima pasar.
"Sebenarnya dalam kondisi normal CAD kita 3% bukan suatu masalah. Kajian kami sampai 3,5% tidak menimbulkan masalah besar jika dalam kondisi yang normal," tutur Kepala Departemen Internasional BI, Doddy Zulverdi dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (19/9/2018).
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri optimistis Indonesia tidak akan jatuh ke dalam krisis meski rupiah akan terus melemah hingga Juni 2019 dan current account defisit (CAD) melebar.
Penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas menjadi penyebab meningkatnya defisit transaksi berjalan di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas. Naiknya impor bahan baku dan barang modal juga menyebabkan penurunan surplus neraca perdagangan non-migas.
Kenaikan impor migas dipengaruhi kenaikan harga minyak global dan meningkatnya permintaan karena aktivitas masyarakat menyambut hari libur. Pada triwulan ke-2 2018, juga terjadi peningkatan pembayaran dividen sehingga meningkatkan defisit neraca pendapatan primer.
Transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2018 tercatat mengalami surplus USD4,0 miliar, lebih besar USD2,4 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya. Surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat tersebut mencerminkan optimisme investor asing dan domestik atas kinerja ekonomi domestik.
Neraca Dagang September Surplus, Apakah CAD Kuartal III-2018 Membaik?
Usaha Pemerintah dalam menekan defisit transaksi berjalan nampaknya mulai membuahkan hasil. "Kebijakan-kebijakan kita pada dasarnya baru akan kelihatan hasilnya September. Jadi pada September, yang akan diumumkan pertengahan Oktober," Ujar Darmin Nasution usai rapat di Istana Merdeka, Senin (17/9/2018).
Rilis neraca perdagangan Indonesia oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (15/10/2018) minggu lalu untuk periode September 2018 mencatatkan surplus US$227 juta. Surplus tersebut memunculkan optimisme jika defisit transaksi berjalan (current account) akan menurun di akhir 2018. Ini merupakan ketiga kalinya Indonesia mencatatkan surplus tahun ini, setelah sebelumnya diraih pada bulan Maret dan Juni.
Namun bisakah defisit transaksi berjalan turun drastis? Rasanya penurunan defisit tersebut agak sulit terealisasikan. Pasalnya, surplus yang terjadi pada periode ini lebih kecil dibandingkan Maret dan Juni 2018. Terlebih dalam perhitungan transaksi berjalan, ada komponen-komponen lain diantaranya neraca jasa dan pendapatan primer.
Pada kuartal II-2018, kontribusi terbesar yang mempengaruhi defisit berada dari pos pendapatan primer mencapai US$ 8,15 miliar, diikuti neraca jasa (US$ 1,79 miliar). Padahal di periode tersebut, secara akumulasi neraca perdagangan meraih surplus US$ 289 juta.
Jika kita merujuk kondisi di kuartal II tersebut, pantaslah kita khawatir jika ancaman defisit transaksi berjalan masih akan membayangi. Secara akumulasi, pada kuartal III-2018, neraca perdagangan mengalami defisit US$ 2,75 miliar. Jika neraca perdagangan saja juga defisit, nasib current account bisa jadi tidak jauh berbeda dengan sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/dru) Next Article BI: CAD 2021 di 0,6-1,4% PDB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji akan mengatasi masalah defisit transaksi berjalan dalam 1 tahun, yang menjadi salah satu sumber tekanan terhadap rupiah.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan defisit transaksi berjalan Indonesia akan berada di sekitar 2,9% dari PDB (Produk Domestik Bruto) tahun ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani memiliki proyeksi sendiri, di mana CAD akan mencapai 3% dari PDB sampai akhir tahun.
![]() |
Defisit transaksi berjalan sebenarnya belum melewati 3%. Sebagai info ambang batas yang diperbolehkan UU yaitu tak boleh melewati 3% dari produk domestik bruto (PDB). Jika tidak banyak gejolak ekonomi global posisi CAD 3% masih bisa diterima pasar.
"Sebenarnya dalam kondisi normal CAD kita 3% bukan suatu masalah. Kajian kami sampai 3,5% tidak menimbulkan masalah besar jika dalam kondisi yang normal," tutur Kepala Departemen Internasional BI, Doddy Zulverdi dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (19/9/2018).
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri optimistis Indonesia tidak akan jatuh ke dalam krisis meski rupiah akan terus melemah hingga Juni 2019 dan current account defisit (CAD) melebar.
![]() |
Penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas menjadi penyebab meningkatnya defisit transaksi berjalan di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas. Naiknya impor bahan baku dan barang modal juga menyebabkan penurunan surplus neraca perdagangan non-migas.
Kenaikan impor migas dipengaruhi kenaikan harga minyak global dan meningkatnya permintaan karena aktivitas masyarakat menyambut hari libur. Pada triwulan ke-2 2018, juga terjadi peningkatan pembayaran dividen sehingga meningkatkan defisit neraca pendapatan primer.
Transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2018 tercatat mengalami surplus USD4,0 miliar, lebih besar USD2,4 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya. Surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat tersebut mencerminkan optimisme investor asing dan domestik atas kinerja ekonomi domestik.
Neraca Dagang September Surplus, Apakah CAD Kuartal III-2018 Membaik?
Usaha Pemerintah dalam menekan defisit transaksi berjalan nampaknya mulai membuahkan hasil. "Kebijakan-kebijakan kita pada dasarnya baru akan kelihatan hasilnya September. Jadi pada September, yang akan diumumkan pertengahan Oktober," Ujar Darmin Nasution usai rapat di Istana Merdeka, Senin (17/9/2018).
Rilis neraca perdagangan Indonesia oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (15/10/2018) minggu lalu untuk periode September 2018 mencatatkan surplus US$227 juta. Surplus tersebut memunculkan optimisme jika defisit transaksi berjalan (current account) akan menurun di akhir 2018. Ini merupakan ketiga kalinya Indonesia mencatatkan surplus tahun ini, setelah sebelumnya diraih pada bulan Maret dan Juni.
![]() |
Namun bisakah defisit transaksi berjalan turun drastis? Rasanya penurunan defisit tersebut agak sulit terealisasikan. Pasalnya, surplus yang terjadi pada periode ini lebih kecil dibandingkan Maret dan Juni 2018. Terlebih dalam perhitungan transaksi berjalan, ada komponen-komponen lain diantaranya neraca jasa dan pendapatan primer.
Pada kuartal II-2018, kontribusi terbesar yang mempengaruhi defisit berada dari pos pendapatan primer mencapai US$ 8,15 miliar, diikuti neraca jasa (US$ 1,79 miliar). Padahal di periode tersebut, secara akumulasi neraca perdagangan meraih surplus US$ 289 juta.
Jika kita merujuk kondisi di kuartal II tersebut, pantaslah kita khawatir jika ancaman defisit transaksi berjalan masih akan membayangi. Secara akumulasi, pada kuartal III-2018, neraca perdagangan mengalami defisit US$ 2,75 miliar. Jika neraca perdagangan saja juga defisit, nasib current account bisa jadi tidak jauh berbeda dengan sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/dru) Next Article BI: CAD 2021 di 0,6-1,4% PDB
Most Popular