Menguat di Kurs Acuan, Rupiah Masih Galau di Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 October 2018 10:45
Menguat di Kurs Acuan, Rupiah Masih Galau di Pasar Spot
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs acuan. Penguatan ini membalik arah pelemahan yang terjadi dalam 2 hari perdagangan sebelumnya.

Pada Senin (22/10/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate menunjukkan posisi Rp 15.192. Rupiah menguat 0,19% dibandingkan posisi akhir pekan lalu. 

Pada akhir pekan, rupiah di kurs acuan melemah 0,22% dan sehari sebelumnya juga melemah 0,06%. Namun sejak awal tahun, rupiah masih melemah dalam yaitu 12,18%. Dibandingkan posisi setahun lalu, rupiah anjlok 12,24%. 



Sementara di pasar spot, pergerakan rupiah masih galau. Dibuka menguat 0,03%, rupiah sempat melemah 0,07%. Pada pukul 10:28 WIB, rupiah melemah 0,02% dan dolar AS dihargai Rp 15.188. 

Seperti rupiah, mayoritas mata uang Asia melemah di hadapan dolar AS. Mata uang uang yang mampu menguat hanya rupee India dan dolar Singapura. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:29 WIB: 

 

Dolar AS sejatinya belum menemukan irama terbaiknya pada pagi awal pekan ini. Pada pukul 10:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,03%. 

Pelaku pasar sepertinya sedang mengambil nafas sejenak setelah Dollar Index menanjak sejak akhir pekan. Akhir pekan lalu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS menanjak lumayan tajam dan ini menjadi bensin yang membuat dolar AS melaju. 


Akhir pekan lalu, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun ditutup di 3,202% atau naik 2,7 basis poin (bps) dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Pagi ini, yield instrumen tersebut turun tipis 0,4 bps ke 3,1977%. 

Penurunan yield adalah sinyal bearish buat dolar AS. Pasalnya ketika yield turun maka kupon dalam penerbitan selanjutnya akan turun sehingga lelang obligasi jadi kurang semarak. Akibatnya permintaan dolar AS pun tidak terlalu kencang, dan mata uang ini bergerak melemah. 

Namun dengan lelang obligasi pemerintah AS yang kembali dilangsungkan tengah malam ini waktu Indonesia, investor masih punya waktu untuk mengerek yield ke atas. Ketika aksi mendongkrak yield ini berhasil, maka dolar AS akan kembali punya pijakan untuk menguat. 

Dari dalam negeri, investor cenderung wait and see karena besok Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga acuan. Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Perry Warjiyo dan kolega masih akan menahan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 5,75%. 

Tanpa sentimen kenaikan suku bunga acuan, rupiah pun tidak punya modal untuk menguat. Akibatnya rupiah tersapu ombak penguatan dolar AS yang melanda Asia. Namun ombak ini sebenarnya tidak terlalu tinggi, dan rupiah masih punya kemungkinan selamat.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular