Dibuka Menguat, Rupiah Langsung Loyo Lagi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 October 2018 08:24
Dibuka Menguat, Rupiah Langsung Loyo Lagi
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat sebelum berbalik lesu di perdagangan pasar spot pagi ini. Dolar AS memang masih belum menemukan bentuk di Asia sehingga bergerak variatif (mixed). 

Pada Senin (22/10/2018), US$ 1 diperdagangkan Rp 15.180 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Namun penguatan ini tidak bertahan lama. Pada pukul 08:11 WIB, rupiah berbalik melemah 0,03% dan dolar AS dibanderol Rp 15.190. Kemudian pada pukul 08:23 WIB, penguatan rupiah makin dalam di 0,07% di mana dolar AS sama dengan Rp 15.195.

Rupiah menguat 0,05% pada perdagangan terakhir. Penguatan rupiah terjadi jelang penutupan perdagangan setelah hampir seharian terjebak di zona merah.

 
Di Asia, dolar AS masih variatif. Belum ada sentimen yang dominan membuat laju dolar AS di Benua Kuning masih santai. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang Asia pada pukul 08:13 WIB: 

Dolar AS masih berusaha mencari bentuk. Namun sepertinya ada sinyal greenback akan menguat. Pada pukul 08:15 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia) menguat tipis 0,02%. 

Sentimen utama penggerak dolar AS hari ini adalah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Negeri Paman Sam. Akhir pekan lalu, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun ditutup di 3,202% atau naik 2,7 basis poin (bps) dibandingkan penutupan hari sebelumnya. 

Kenaikan yield adalah peluit untuk memanggil penguatan dolar AS. Investor cenderung 'membanting' obligasi AS jelang lelang dengan tujuan menaikkan yield dan menurunkan harga.  

Lelang selanjutnya adalah pada 22 Oktober waktu setempat, yaitu untuk tenor 13 dan 26 pekan. Target indikatif dalam lelang itu adalah US$ 45 miliar untuk tenor 13 pekan dan US$ 39 miliar untuk tenor 26 pekan. 

Yield di pasar sekunder akan menjadi patokan penentuan kupon kala lelang. Oleh karena itu, investor kemudian berlomba-lomba mengerek yield setinggi mungkin dengan melakukan aksi jual secara masif. Tujuannya adalah agar penawaran kupon di lelang bisa maksimal. 

Saat lelang sudah semakin dekat dan yield sudah terkerek, investor kemudian memburu dolar AS sebagai amunisi untuk berburu obligasi. Permintaan dolar AS meningkat, dan nilainya menjadi semakin mahal atau menguat. Rupiah perlu mewaspadai risiko ini.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular