Dolar AS Terlampau Perkasa, Rupiah Terlemah Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 October 2018 16:38
Dolar AS Terlampau Perkasa, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah bernasib sama dengan mayoritas mata uang Asia yang juga tidak bergigi di hadapan greenback. 

Pada Kamis (18/10/2018), US$ 1 kala penutupan pasar spot dibanderol Rp 15.192. Rupiah melemah 0,28% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Saat pembukaan pasar, rupiah melemah 0,07%. Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin dalam meski tidak sempat menyentuh kisaran Rp 15.200. 

Posisi terkuat rupiah hari ini adalah Rp 15.160/US$ yaitu kala pembukaan pasar. Sedangkan terlemahnya adalah di Rp 15.195/US$. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS di hadapan rupiah pada perdagangan hari ini: 

 

Tidak hanya rupiah, mata uang Asia lainnya pun mayoritas melemah terhadap dolar AS. Pelemahan terdalam dialami won Korea Selatan, disusul oleh rupiah dan baht Thailand di posisi kedua terlemah. 

Berikut pergerakan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 16:14 WIB: 



Sepanjang hari ini memang sulit membendung laju dolar AS. Mata uang ini jadi buruan utama pelaku pasar setelah rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi September 2018. 

Pasalnya, notulensi tersebut semakin tegas menggambarkan bahwa kenaikan suku bunga acuan secara gradual masih akan ditempuh oleh Jerome 'Jay' Powell dan rekan. Kebijakan ini dipandang tepat untuk mengawal perekonomian Negeri Paman Sam agar bisa tumbuh berkelanjutan. 

"Dengan perkiraan ekonomi ke depan, peserta rapat mengantisipasi akan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam target yang ditetapkan sehingga konsisten dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di kisaran 2% dalam jangka menengah," sebut notulensi itu. 

"Pendekatan (kenaikan suku bunga acuan) secara bertahap akan menyeimbangkan risiko akibat pengetatan moneter yang terlalu cepat yang bisa menyebabkan perlambatan ekonomi dan inflasi di bawah target Komite. Namun bila (kenaikan suku bunga acuan) dilakukan terlalu lambat, maka akan menyebabkan inflasi bergerak di atas target dan menyebabkan ketidakseimbangan di sistem keuangan," tulis notulensi rapat tersebut. 

Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengerek imbalan investasi di AS sehingga menarik minat pelaku pasar. Otomatis permintaan dolar AS juga akan meningkat sehingga nilai mata uang ini semakin kuat. 

Sentimen tersebut sangat ampuh untuk menjadikan dolar AS sebagai raja mata uang untuk hari ini. Jika The Fed terus agresif, maka greenback bukan tidak mungkin akan cukup lama menyandang status sebagai raja mata uang dunia. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular