Rupiah ke Rp 15.000/US$, PDB 2019 Direvisi Turun Jadi 5,12%

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah merevisi asumsi kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam RUU APBN 2019. Dengan meningkatnya nilai dolar AS dalam asumsi, hal ini membawa efek terhadap pertumbuhan ekonomi atau PDB (Produk Domestik Bruto) yang direvisi menjadi 5,12%.

"Dengan outlook jika Rp 15.000/US$ [..] Growth (pertumbuhan) 5,12% lebih rendah dari 5,3% sebelumnya," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung DPR saat Rapat dengan Badan Anggaran, Selasa (16/10/2018).

Dijelaskan Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi yang direvisi ke bawah ini dipengaruhi beberapa faktor. Terutama adanya perlambatan investasi.

Foto: Sri Mulyani raih gelar Menkeu terbaik. (Biro KLI Kemenkeu/Agus Tri H)

Untuk diketahui pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi pada 2019 di awal tahun hingga 5,3%.

Dengan kenaikan asumsi rupiah, Sri Mulyani memproyeksikan konsumsi akan sedikit turun. Kemudian, di 2019 ada risiko suku bunga yang naik di mana bunga kredit nantinya akan mengalami kenaikan.

Berikut prognosa pertumbuhan ekonomi 2019 jika nilai tukar diasumsikan Rp 15.000/US$ :

• Konsumsi Rumah Tangga : 5,07%
• Konsumsi LNPRT : 8,33%
• Konsumsi Pemerintah : 5.46%
• PMTB (Investasi) : 6,51%
• Ekspor : 6,73%
• Impor : 5,00%
• PDB 2019 : 5,12%

Selain itu Sri Mulyani menjelaskan kenaikan nilai tukar rupiah di level Rp 15.000/US$ akan menyebabkan laju inflasi juga meningkat. "Mendorong laju inflasi 3,5%-3,8% di 2019," tutur Sri Mulyani.
(dru/wed) Next Article Ramalan Terbaru BI Soal Dunia: AS & India Cerah, China Makin Gelap